Kotaku kini telah di jajah
Bukan oleh bangsa dan penduduk luar daerah
Kotaku juga diperkosa
Kain selendang dan pakaian telah dirobek dengan ganas dan nista
Teriakanmu menggema di angkasa
Pejuang menangis keras melihat kebobrokan tanah kelahirannya
Mereka mengatasnamakan pembangunan
Tapi mengencinginnya
Berteriak memperbaiki struktur organisasinya tapi meludahinya
Perut-perut mereka besarkan
Pemuda-pemudi tangguh penerus bangsa mereka tikam
Generasi emas kau jagal dengan membunuh karakter dan mental
Suaramu lantang dengan dalih pendidikan
Haruskah kami tetap menunggu keputusan Tuhan
Seperti kisah firaun dan namrud yang dibinasakan
Haruskah kami tetap berpangku tangan
Menunggu azab Tuhan
Yang akan menenggelamkan manusia tanpa membedakan kebenaran dan kesalahan
Dan akupun sadar
Inilah politik kehidupan
Segala dan semuannya benar tanpa melirik syariat atau hukum Tuhan dalam kutipan
satu moto mereka "yang penting perutku Kenyang"
walau seribu dalih telah mereka paparkan
Anehnya aku dan kau juga masih mengangguk-anggukan suara-suara kosong  Mereka yang Penuh dengan kepentingan
Dosakah mereka?
Salahkah mereka?
Jawabannya tetap "TIDAK"
Teruslah belajar wahai pemuda-pemudi harapan'
Janganlah kau sama dengan mereka yang hanya berkomentar
Belajar dan berjuanglah untuk kebenaran, atau kita sama saja dengan mereka? "Pemerkosa dan Rampok di Tanah Leluhurnya"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H