Mohon tunggu...
Sugeng Pribadi
Sugeng Pribadi Mohon Tunggu... -

Suka baca dan juga menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perlu Hati-hati, Menyampaikan Ungkapan ke Publik

17 Februari 2016   00:44 Diperbarui: 17 Februari 2016   01:18 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setidaknya, ada dua berita menarik – yang berhubungan dengan public figure – yang menjadi ‘santapan’ empuk pengguna media sosial, untuk meluapkan uneg-unegnya dalam seminggu terakhir. Pertama, langkah ‘aneh’ yang dilakukan Banyu Biru, Ketua Umum Komunitas Banteng Muda yang juga putra sutradara Eros Djarot, dengan mengunggah SK pengangkatannya sebagai anggota Bidang Politik Dewan Informasi Strategis dan Kebijakan Badan Intelijen Negara (DISK BIN) di media sosial Path.

Bisa dianggap aneh, karena anggota intelijen biasanya sangat tertutup dan menjaga kerahasiaan status dan tugas-tugasnya. Lha ini malah disebar ke media sosial, yang mau gak mau harus menerima kenyataan dicibir dan di bully pengguna media sosial lainnya. Sampai-sampai Pak Sutiyoso, yang Kepala BIN itu dibuat repot, sehingga memberikan tanggapan dan klarifikasi langsung atas kejadian ini. Menurut Bang Yos – ini panggilan Pak Sutiyoso saat menjabat Gubernur DKI – tindakan Banyu merupakan bukti yang bersangkutan tidak layak bertugas sebagai intelejen.

Nah, berita ‘heboh’ kedua yang juga bikin hingar bingar media sosial adalah candaan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, yang meminta rakyat miskin untuk diet dan tidak makan terlalu banyak. Ya, jawaban spontan yang diberikan Ibu Puan tersebut adalah jawaban dari permintaan Made Mangku Pastika (Gubernur Bali) agar ada tambahan anggaran daerah untuk pengadaan beras miskin.

Benar, bisa jadi apa yang disampaikan Ibu Puan, “Jangan banyak-banyak makan lah, diet sedikit tidak apa-apa,” itu adalah seloroh semata. Karena kalau merunut kalimat berikutnya, Ibu Puan memberi penjelasan bahwa pemerintahan Jokowi-JK saat ini tengah berupaya untuk mengurangi impor beras dari berbagai negara. Untuk itu, dia mengimbau agar masyarakat bisa mengonsumsi pangan alternatif yang tidak hanya berasal dari beras.

Akan tetapi, ini poin krusialnya, karena disampaikan dalam acara resmi – di hadapan para pejabat dan diberitakan oleh media cetak maupun elektronik – akhirnya banyak kalangan menilai bahwa ucapan tersebut tidak pantas meskipun hanya bercanda. Terlebih lagi dia Ibu Puan bukan orang sembarangan di pemerintahan. Lebih celaka, konteks bercanda menjadi bias dan menjadi pukulan balik ketika media massa memberitakan dengan judul berupa sepenggal kalimat itu saja.

Pun demikian dengan Banyu Biru. Dalam benak saya, bisa jadi unggahan SK yang disertai caption ‘Alhamdulillah…’ itu adalah bentuk syukur dan kebanggaan Banyu atas ditugaskannya dia selama satu tahun menjadi anggota DISK BIN. Meski secara kelembagaan, tentu itu perbuatan salah dan melanggar prosedur tetap (protap) menjaga kerahasiaan institusi.

Terus terang, dalam hal ini saya tidak pro (atau kontra?) dengan pihak manapun. Tulisan ‘Secangkir Teh’ selalu mencoba untuk tidak terseret arus, dan berusaha berdiri di tengah dengan memunculkan informasi yang sebenarnya. Meski, kritik sosial semacam ini, kadang membuat ‘telinga merah’ pihak tertentu. Mengutip ucapan Bang Yos atas banyaknya kritik masyarakat di media sosial, bahwa ini adalah masukan yang bagus, sehingga institusi cepat melakukan evaluasi dan mengambil keputusan.

Jadi, kalau sampai saat ini pun di berbagai media sosial masih banyak cibiran, hujatan dan cacian kepada Banyu Biru dan Puan Maharani, atas sikap dan ungkapannya, tentu bukan semata-mata didasari kebencian pada personal yang bersangkutan. Menurut saya, itu lebih pada fungsi kontrol yang dijalankan pengguna media sosial terhadap hal-hal yang menyimpang dari para penyelenggara negara, termasuk anggota lembaga formalnya.

[caption caption="Banyu Biru dan Surat Pengangkatan dari BIN (sumber foto: singindo.com)"][/caption]

Perkara cara penyampaian ‘kontrol’ para netizen yang (kadang) berlebihan – dan apakah itu juga masuk kategori melanggar etika komunikasi dunia maya – saya tentu tidak dalam posisi menilainya. Karena, urusan ‘mengukur’ etika, semestinya dilakukan sendiri oleh individu-individu yang bersangkutan. Pantas atau tidak melakukan hujatan di dunia maya. Bukan asal ‘njeplak’ saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun