Pada debat Cawapres beberapa waktu lalu sangat jelas terlihat Kyai Ma'ruf Amin gagal menarasikan 3 kartu  saktinya kartu prakerja, kartu sembako murah, KIP kuliah. Program yang sebenarnya sangat berpihak ke rakyat ini namun belum bisa dengan sukses dijual Kyai Ma'ruf Amin di panggung debat Cawapres.Â
Ternyata seorang pemimpin memerlukan the power of selling ketika mengenal program program unggulannya. Presiden Jokowi dengan background pengusahanya dan sense of marketing yang dimilikinya akan sangat mudah meyakinkan audiencenya ketika menawarkan kartu sakti seperti KIP dan KIS di panggung debat Capres 5 tahun silam.
Sandi Uno menjuarai panggung debat Cawapres lalu, walaupun tanpa kartu sakti, beliau berhasil meyakinkan audience bahwa dengan 1 ktp elektronik yang sudah ada rakyat bisa mendapatkan yang menjadi haknya karena ktp itu bisa terkonek ke program mana saja untuk rakyat entah itu tunjangan pendidikan, kesehatan atau tunjangan untuk rakyat miskin. Beliau bahkan berhasil meyakinkan bahwa pengadaan kartu kartu baru itu justru membuang anggaran negara.
Dengan 3 kartu sakti untuk rakyat itu sebenarnya rakyat diberi kesempatan memanage sendiri anggaran untuk mereka. Berbeda dengan program untuk rakyat tanpa kartu, yang memanage langsung anggarannya adalah pemerintah. Jadi potensi anggaran sampai ke tangan rakyat via kartu itu justru lebih direct dan secure. Kalau pemerintah yang memanage anggaran itu maka akan ada potensi bantuan tidak diterima langsung oleh rakyat, dan parahnya lagi bisa membuka potensi korupsi di tatanan birokrasi.
Ala kulihal semua program yang ditawarkan kubu 01 maupun 02 semuanya bagus dan ditujukan untuk rakyat. Liburan di bulan Ramadhan dan penghapusan ujian nasional such a great program & so peacefull too.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI