Mohon tunggu...
Rian Setiawan
Rian Setiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Everybody Going Crazy

13 Oktober 2014   15:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:14 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

saya ragu melewati pintu ini. di atas kusen pintu ini tertulis "Modern". degup jantung saya tak melemah karena gugup dengan apa yang akan saya temui setelah melewati pintu yg bertuliskan "Modern" tersebut.

antrian belakang berteriak " Eh, Monyet ! cepetan dong! kalo gak masuk, jangan jadi patung disitu!!" saya hanya diam, menarik napas panjang dan menghembuskannya. makin lama antrian makin rusuh, terjadi dorong mendorong hingga tenaga saya habis untuk menahan. saya pun terbawa dan memasuki ruangan yang disebut Modern.

setelah melewati pintu, sebelah kiri saya tersedia makanan siap saji yang warna dan bentuknya menggugah selera. saya dekati, aromanya cukup membuat mulut saya memproduksi air liur dan meneguknya. tapi saya ragu.

sebelah kanan saya, tersedia berbagai macam baju dan celana. tapi yang membuat saya heran. baju dan celana itu agak kecil dari yang saya kenakan sekarang. saya melihat seorang gadis baru memasuki ruang Modern ini langsung mengambil celana pendek dan menggantinya didepan saya. tanpa ada rasa malu sedikit pun. setelah dia mengenakan baju yang terlihat lengan dan celana yang semua bentuk paha betisnya hampir terlihat. pendek sekali. gadis itu lalu makan, makanan cepat saji dengan lahap. setelah itu dia lurus kedepan untuk bersenang-senang.

didepan saya itu terdapat berbagai macam kesenangan. semua tertawa, suara musik yang saya belum pernah dengar bersuara kencang, minuman yang berbagai macam warna juga tersedia disana. dan yang membuat saya melotot. wanita hampir tanpa busana lalu lalang tanpa ada rasa malu sedikitpun. bukan hanya itu, ada segerombolan ibu yang mengenakan Jilbab tapi bentuk tubuh masih terbentuk. dadanya yang besar masih menonjol tertutup baju. setau saya, itu bukan Jilbab. jilbab dalam pengetahuan saya menutupi hampir seluruh tubuh dan pakaian yang dikenakan tidak membentuk anggota tubuh.

saya masih saja berdiri di pelataran. saya juga belum memutuskan saya hendak kemana. saya tak siap untuk menjadi modern.

tidak lama, saya melihat seorang Ustad melewati pintu. "Assalamualaikum Ustad" saya sontak menegurnya. tapi beliau hanya diam. beliau langsung menanggalkan peci-nya dan mengganti baju dengan kaos yang membentuk tubuhnya yang atletis. saya heran..

dibelakangnya menyusul Pendeta juga yang melakukan hal yg sama. Biksu? ataukah sudah terlebih dulu sebelum saya. jantung saya masih berdegup kencang. saya takut tidak bisa kembali jika saya menikmati sajian diruang Modern ini.

saya mencari-cari di pelataran, apakah ada Agama disana. terus saja mencari tanpa menghiraukan orang lalu lalang yang juga bingung melihat saya.

saya hampir prustasi, napas saya lelah dan pendek. tarik napas panjang agar lebih lega. ternyata Modern tidak menyediakan Agama. saya duduk lemas. Bagaimana saya kembali?!

saya mencoba tenangkan diri saya dengan duduk di depan layar besar yang memperlihatkan kegiatan di dalam sana. begitu banyak orang yang gila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun