Hampa terasa sesaat embun mengendap-endap seperti pencuri riah
Tersimponi tawa dan membisik lalu tersenyum
Senyuman indah ku kenang dalam diam tak ku biarkan menghilang
Wajah terpampang kaku pada dinding rumah                                 Raga tak kunjung ku lihat namun atmnya selalu dekat terasah                Â
Tatapan begitu tulus terurai dalam  hening malam                          Terbawah alam mimpi yang merenggut kisah tutup cerita dan menjadikanya derita
Cintamu tak pernah pudar bagi pena bertinta cinta
Belum sempat kita melukis namum kau memilih mematakanya
Lalu meninggalkan Kisah lara
yang membawah ku tanpa arah
Dalam hening malam kau hadir membisik tentang riah seperti daun-daun yang menari menyambut angin malam  Seketika gugur terbawah angin  Dan menjadikanya tiada
Ku uraikan lengkara berirama kisah tersimpan pada masa lalu menyimpan luka tanpa lupa
Dan ku jadikan almamater cinta
Terpajang pada setiap deretan waktu sebagai bukti sejarah masa kelam
Jerami-jerami membisik untuk pasrah menjadikan ruang pilu bagai tempat membesu peluh
Peluh sunyi seakan-akan mengunci ruang riah                                 Namun tak apa dia masih ada  Walau tanpa raga namun jiwanya hidup terasah