Ada dua kisah yang akan saya bagikan dalam tulisanku kali ini. Kisah ini layaknya oleh-oleh dalam perjalanan dinasku selaku seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, teruntuk pembaca setia Kompasiana ataupun siapa saja yang sempat membaca tulisan ini.
Kisah ini diwakili dua sosok yang barangkali belum saling kenal satu sama lain, namun bagiku sudah cukup mengenal keduanya, baik sebagai teman, mitra kerja dan sekarang beralih status selaku narasumber untuk topik ceriteraku kali ini. Kisah ini ialah kisah yang berbeda, karena berbeda maka di sinilah letak menariknya.
Â
Sosok pertama adalah seorang pengusaha lokal sukses yang namanya sudah begitu terkenal di kota Larantuka dan juga kabupaten Flores Timur. Datang dari ranah Padang untuk merantau di kota kecil Larantuka, namun tak suka dicap sebagai pendatang, karena sudah merasa menjadi orang Flores ketimbang sebagai orang Padang.Â
Siapa yang tak tahu rumah makan Padang, RM Sang Surya di Larantuka dan beberapa tempat lainnya di kota kecamatan terdekat, seperti Boru yang menjadi ibu kota kecamatan Wulanggitang?Â
Nama rumah makan itu sudah sangat akrab di telinga orang di kota ini, bahkan saya sendiri menjadi tahu seperti apa cita rasa masakan Padang dari warung ini, ketika masih menjadi pelajar salah satu SMP di Hokeng, yang kebetulan berdekatan dengan Boru.Â
Dialah yang merintisnya dan dialah yang kini punya usaha beragam macam jenis usaha, mulai dari warung makan, pabrik es, pengolohan dan pengawetan ikan, toko jualan ikan segar dan beku serta aneka olahan hasil laut, peternakan ayam petelur, budi daya ikan air tawar, nila, lele dan bandeng.Â
Haji Abdulah, atau lebih tenar dengan sapaan Pak Aji, merupakan sosok yang menjadi narasumber pertamaku. Pemilik UD Sang Surya ini, sudah terkenal di Kota Larantuka, dan memiliki karyawan lebih dari seratus orang, termasuk banyak untuk ukuran kota kecil seperti Larantuka.Â