[caption id="attachment_187550" align="aligncenter" width="451" caption="Jokowi Tampak Cuek Dua Orang yang Sedang Mendorong Kendaraan (Foto Twitter) "][/caption] Saat ini sosok Jokowi Dodo adalah sosok fenomenal karena pola dan gaya komunikasi yang dilakukannya mengundang banyak simpati. Jokowi Dodo diakui oleh banyak kalangan pandai memainkan pola strategi komunikasi Pencitraan terhadap berbagai hal. Sukses-sukses pencitraan salah satunya adalah soal kendaraan Esemka yang belum lolos uji emisi namun begitu membombardir. Bahkan terkait pengklaiman. Dikutip dari sebuah tulisan di Kompasiana " Mobil Esemka, Jokowi Menipu Indonesia?"Kontroversi Kiat Esemka juga ramai dibicarakan di media sosial. Salah satu yang sering berkomentar adalah Danie H Soe’oed lewat akun @daniesoeoed. Menurut dia mencomot parts mobil lain memang wajar kalau untk belajar, tapi tidak untuk membohongi masyarakat dengan mengatakan itu produksi sendiri. "Wahai orang2 tolol, taukah bedanya antara membuat dan merakit???? Kalau mau tetap beli mobnas, silahkan," kicaunya. Lewat twitter dia membeberkan asal muasal komponen yang menempel pada Kiat Esemka. Menurutnya, mesin Timor digabung transmisi nyomot mobil Cina. Dia menyebut frame kaca depan belakang mengambil Daihatsu Espass, lampu belakang Panther, lampu depan punya Honda CRV. Sedangkan komponen kaki-kaki Esemka pakai milik L-300 dan Kijang. "Kiat mengaku mesin mbl hanya diganti tutup cylinder head nya aja, pake merk Esemka. Aslinya: mesin mbl Timor Kiat: Sy dan siswa SMK Trucuk hanya membuat chasis dan bodi, mesinnya dari antah barantah…….????," bebernya. Bahkan sang empu pemilik Esemka seperti dikutip media "H Sukiyat, Sosok di Balik Mobil Kiat Esemka" balik sukses pembuatan mobil dalam negeri itu adalah putra asli Klaten H Sukiyat, warga Desa Kradenan, Kecamatan Trucuk, Klaten, bukan Jokowi. Dia melibatkan siswa dari 15 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jateng, Jatim dan Jakarta dalam pembuatan komponen mobil. Ide pembuatan mobil itu murni dari Sukiyat dan Kepala SMK Negeri 1 Trucuk Drs Wardani Sugiyanto MPd, pertengahan tahun 2008. Setahun kemudian, ide-ide itu mulai direalisasikan secara bertahap. Pertama dengan melibatkan guru-guru. "Kami dituntut kalau bisa membuat 91 persen kompenen mobil di dalam negeri. Kami sedang berusaha, meski saat ini belum bisa. Ada beberapa komponen yang belum bisa dibuat oleh siswa-siswa SMK," kata Sukiyat, pria kelahiran Klaten, 22 April 1957 itu. Suksesnya gaya pencitraan, Jokowi Dodo juga didukung oleh Media sendiri, beberapa survey memang menyatakan bahwa, publik Jakarta 73 persen mengenal Jokowi dari media bukan karena pengabdian terhadap Jakarta. ini juga diakui oleh salah satu Peneliti LSI Burhanudin Muhtadi mengatakan media memiliki andil penyebab banyaknya dukungan kepada Jokowi. "Jokowi itu memang ''media darling'' (kesayangan media)," ujarnya, seperti dikuip dari media Tempo. Jokowi memang sangat mendewakan suatu Branding. Baginya pencitraan adalah yang terpenting. Ini harus dilihat dari debat calon Gubernur di Metro TV beberapa waktu lalu. Namun dalam catatan saya. Pencitraan Jokowi jika publik perhatikan mulai terbongkar satu demi satu. Pada awal mulai kampanye Jokowi berstatmen TIDAK AKAN PASANG SPANDUK, IKLAN, STIKER dan lain sebagainya. Tapi Spanduk dirinya terpampang dimana-mana. Bahkan hal yag tidak terpikirkan calon lain adalah MENCOPOT SPANDUK DI MEGARIA sebagai counter dari statement Jokowi sendiri. Sekali lagi faktanya atribut kampanye Jokowi masih terpampang disetiap sudut Kota Jakarta. Warga Jakarta Terbuai Pencitraan Jokowi Rabu (11/7/2012) adalah momen penting bagi warga DKI Jakarta, Walau jumlah Golongan Putih tinggi, hari itu adalah momen terpenting bagi warga Jakarta, lihat saja berdasarkan hasil quickcount Lembaga Survei Indonesia (LSI), pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Jokowi-Ahok akan memenangi pilkada putaran pertama. Hasil itu didapat dari 410 tempat pemungutan suara (TPS) yang dijadikan sampel di seluruh Jakarta. Dari yang terkumpul mencapai 98,54 persen. Dari hasil survei itu, Jokowi-Ahok mengungguli dengan 42,76 persen. Peringkat kedua, yakni Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dengan 33,9 persen. Peringkat selanjutnya yakni Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini 11,9 persen, Faisal Basri-Biem Benyamin 4,94 persen, Alex Noerdin-Nono Sampon 4,74 persen, dan Hendardji Soepandji-Riza Patri 2,06 persen. Artinya gaya pencitraan Jokowi telah masuk pada Warga Jakarta yang dinilai sebagian kalangan RASIONAL mungkin kalau di perpanjang (Rasain.. Oon dan Dangkal ), Ternyata statmen pengamat politik dari Universitas Indonesia, Iberamsjah tidak mengakar ke warga Jakarta yang dikatakan Rasional,, Oon ?. Seperti dikutip dari media, Warga Jakarta tidak akan tertipu dengan ulah calon gubernur (cagub) DKI Jakarta, Joko Widodo, yang terus mendorong mobil Esemka agar segera dilakukan uji emisi. Hal itu dikatakan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Iberamsjah, saat berbincang dengan JakartaBagus.Com, Senin (4/5/2012). Dikatakan Ibermsjah, Jokowi panggilan akrab Joko Widodo telah berupaya melakukan pembohongan politik kepada warga Jakarta. "Marketing politik di belakang yang suka nipu. Rakyat Jakarta pintar-pintar bukan seperti rakyat di Solo yang bisa ditipu Jokowi," kata Iberamsjah. Untuk itu, ia meminta agar warga Jakarta dapat memilih pemimpin yang layak untuk memimpin ibukota. Menurutnya, sudah saatnya Jakarta dipimpin oleh pemimpin yang jujur dan peduli terhadap rakyat. "Jokowi sudah berbohong yang ke dua, jangan begitulah cara mau menarik simpati masyarakat. Saya juga tanya dengan teman saya yang ahli otomotif, mobil itu masih jauh dengan standar," jelasnya. Penggiringan Opini Rsional Dikutip dari media Okezone, Kemenangan calon gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo membuktikan bahwa warga Jakarta masih memiliki akal sehat dan tidak mudah diiming-imingi kemewahan. Jokowi memang mengusung gagasan yang pro kerakyatan sehingga wajar bila Jokowi menang di pemilukada putaran pertama. Muzani menegaskan, Pemilukada DKI kali ini adalah pemilukada yang sangat menarik, di mana sebagian besar masyarakat memilih dengan menggunakan akal sehat. "Saya kira ini adalah pertama kemenangan rakyat Jakarta. Memilih dengan akal sehat dengan realitas baru," katanya. Hal ini tentu suatu penggiringan Opini dari para timsuksesnya. Sebab pesan tersebut mengatakan bahwa seolah-olah yang memilih Jokowi adalah pemilih Rasional (kalau saya sebut sih Rasain Loh Dangkal ) ... Kelinci Percobaan Jelas majunya Jokowi Dodo terkait pertarungan Pilpres 2014 mendatang, belum saja pengesahan suara KPUD DKI Jakarta, para elit pengusung Jokowi mulai mengadang-gadang Jokowi menjadi Capres.. Seperti dikutip dari media Ketua Dewan Pertimbangan PDI Perjuangan (PDIP), Taufiq Kiemas mengatakan kemenangan Jokowi-A Hok dalam putaran pertama Pemilukada DKI Jakarta, bakal berdampak terhadap peta politik internal di PDIP, terkait pilpres 2014. "Kemenangan Jokowi-A Hok dalam putaran pertama Pemilukada DKI Jakarta fenomena baru yang bisa berdampak terhadap peta politik di internal PDIP menjelang Pilpres 2014 mendatang," kata Taufiq Kiemas, di gedung DPR, Senayan Jakarta, Kamis (12/7/2012). Tapi apakah dampak itu benar-benar Jokowi bisa diajukan sebagai capres,, menurut Ketua MPR itu, sangat tergantung pada Ketua Umum PDIP, Ibu Megawati. "Kalau dasar berpikirnya harus ada perubahan melalui jalur regenerasi kepemimpinan partai, tidak ada masalah Jokowi disiapkan dan diusung untuk menjadi calon presiden dalam Pilpres 2014 mendatang," tegasnya. Tapi apakah dampak itu benar-benar Jokowi bisa diajukan sebagai capres,, menurut Ketua MPR itu, sangat tergantung pada Ketua Umum PDIP, Ibu Megawati. "Kalau dasar berpikirnya harus ada perubahan melalui jalur regenerasi kepemimpinan partai, tidak ada masalah Jokowi disiapkan dan diusung untuk menjadi calon presiden dalam Pilpres 2014 mendatang," tegasnya. Pernyataan Taufik juga didukung oleh Ahok sebelum hari Rabu (11/7/2012), bahwa dirinya mendukung langkah Jokowi menjadi Capres. Padahal Jokowi sendiri belum tentu menang di dua putaran nanti 20 Sepetember 2012 sudah digadang-gadang menjadi Capres…. (GILA)… Sebagai pemilih Jakarta YANG Rasional Saya Benar-Benar Tidak Mau Menjadi Kelinci percobaan Gaya Jokowi Dodo yang meninggalkan Tugas Walikota Solo demi mengejar Kekuasaan semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H