Pada zaman sebelum era reformasi, fertilitas penduduk Indonesia sudah mulai menurun. Hal ini disebabkan oleh adanya Program KB (Keluarga Berencana). Program KB pada zaman itu masih terealisasi dengan baik. Akan tetapi pada saat memasuki zaman era reformasi hingga sekarang, penduduk kurang berpartisipasi dalam Program KB. Hal ini mengakibatkan fertilitas menjadi stagnan cenderung meningkat.
Provinsi Bali merupakan salah satu contoh dari penerapan Program KB. Pada Tahun 1971, angka fertilitas total (TFR) penduduk Provinsi Bali mencapai 5,96 per perempuan usia produksi, selanjutnya pada tahun 1980 TFR Provinsi Bali turun menjadi 3,97, dan pada tahun 1990 turun lagi menjadi 2,28 per perempuan usia produksi (BPS Indonesia, 2001). Maka pada era reformasi ditemukan bahwa TFR penduduk Provinsi Bali stagnan pada angka 2.10. (Sumber: http://balitribune.co.id/2015/02/program-kb-itu-mengatur-kelahiran/) Â
Pada dasarnya, Program KB adalah suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. KB diterapkan untuk dapat menyeimbangkan jumlah penduduk di suatu daerah. Program ini dilaksanakan untuk menurunkan fertilitas tetapi juga untuk mengatur fertilitas dan diharapkan lahir generasi yang berkualitas dan dapat bersaing secara sehat di era globalisasi.
Sayangnya, program yang sudah diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat ini kurang direalisasikan dengan baik. Salah satu faktornya adalah kurangnya partisipan dalam Program KB. Banyak hal yang menyebabkan masyarakat tidak berpartisipasi dalam program tersebut, antara lain: kurangnya kesadaran dari masyrakat sendiri, kurangnya fasilitas seperti klinik dalam penanganan KB dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pengertian dan tujuan dari KB itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H