Judul ini adalah sebuah postingan seorang teman saya yang sedang bekerja di tambang. Setelah beberapa tahun lalu dunia batu bara mengalami penurunan nilai jual maka tahun ini adalah tahun kelam buat dunia perminyakan. Harga minyak mentah sudah mencapai kisaran angka $2o-an/barrel. 1 barrel setara dengan 159 Liter. Ini merupakan penurunan harga terendah sejak satu dekade belakangan ini. Harga minyak yang dulunya berjaya di kisaran $100an/barrel telah menurun tajam hingga mencapai titik nadirnya di angka $2o-an/barrel padahal biaya cost per barrel untuk produksi minyak ada di kisaran $20an/barrel.
Banyak pengamat yang menyebutkan bahwa harga minyak bisa terus menurun seiring dengan pencabutan sanksi Iran, penemuan shale gas di Amerika, perlambatan ekonomi di China. Jika dulu negara negara adidaya seperti amerika dan rusia berperang secara fisik maka perang ekonomilah yang menjadi fenomena saat ini. Rusia yang juga mengandalkan minyak bumi sebagai pendapatan negaranya terus menggenjot produksinya meskipun harga minyak rendah karena pendapatan negara-negara mereka berasal dari minyak bumi. Negara-negara Arab pun bersaing harga memproduksikan minyak agar shale gas yang ada di Amerika mati.
Para kkks wilayah kerja yang ada di Indonesia melakukan efisiensi dengan mengurangi gaji tenaga kerja, perusahaan besar seperti chevron berencana merumahkan pekerjanya setelah mendapatkan perstujuan skk migas, dan lainnya. Bagi lulusan perkuliahan jurusan teknik pertambangan dan perminyakan yang baru saja lulus tentu juga lebih sulit untuk mencari pekerjaan. Dampak lebih luas bisa jadi pengangguran akan meningkat. Banyaknya pengangguran bisa menjadikan tingkat kriminalitas juga meningkat. Memang masyarakat masih bisa berwirausaha namun ketika daya beli menurun mungkin hanya bahan-bahan ekonomi utama yang akan menjadi prioritas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H