"Wah kamu ini kurang romantis mas." ujarnya
"Loh apa iya?" sambil tersenyum
"Iya donk mas. Itu lho yang kayak di film film. Candle light dinner lah atau bawa bunga lah mas sekali kali." ujarnya
Percakapan itu terdengar dari pembicaraan kedua orang yang sedang makan malam di sebuah warung bakmi. Dengan diterangi lampu sentir dan duduk bersila mereka berdua makan dengan lahapnya. Sebenarnya menurutku malah yang seperti itulah yang romantis. Kedua orang itu bisa menghabiskan waktu berdua tanpa ada paparazzi yang mengejarnya. Bayangkan apakah artis-artis bisa melakukan hal itu. Kalau tidak dimakan gengsi kemungkinan mereka tidak akan bisa mendapatkan momen tersebut karena banyaknya fans yang akan meminta foto. Bahkan untuk mengobrol seperti itu bisa jadi mereka harus memasang kedua bola matanya sambil bersikap waspada jangan-jangan ada yang merekamnya dan masuk ke media massa.
Di lain hal, film-film sinetron telah mencekoki pikiran anak muda. Romantisme adalah makan candle light dinner. Romantisme adalah membawakan bunga mawar untuk berkencan. Padahal masih banyak romantisme lain jika mereka bisa sadari. Makan berdua tanpa ada yang menggangu adalah sebuah romantisme. Naik sepeda motor butut berkeliling kota adalah romantisme. Semuanya memang kembali ke sudut pandang. Teman saya yang sudah mapan bahkan ketika menikah malah memilih sebuah mobil tahun 80an sebagai mobil yang membawa mereka ke tempat resepsi. Sebenarnya bisa saja mereka memilih mobil kelas mewah untuk dipakai namun buat mereka romantisme bukan seperti itu. Romantisme tidak ada kaitannya dengan harta. Romantisme adalah sebuah sudut pandang kemesraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H