Mohon tunggu...
Bastian Gaguk
Bastian Gaguk Mohon Tunggu... -

mencari makna dari setiap peristiwa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sepi

9 Januari 2012   05:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:08 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit mendung, hujan deras..membasahi bumi yang sudah lama kering dan dahaga. Dahaga ibu bumi sekarang terobati dengan tetesan yang memberikan kehidupan. Tetesan itu begitu desar untuk membasahidan memberikan kesejukan. Aku menjadi iri dengan bumi yang kehausannya terobati sore ini dengan hadirnya sang pemberi kesegaran.

Senja yang begitu kelam, aku duduk dibaranda rumah, terbengong-bengeong menatap setiap tetesan hujan yang turun. Pikirinku melayang jauh melewati batas-batasan samudra, mungkin juga gunung-gunung. Asap putih yang selalu menemaniku dalam kesepian ini hampir tidak tidak terasa apa-apa. Benar-benar sepi…………

Kisah kehidupan terasa berjalan begitu cepat kadang sulit dipahami oleh manusia. Manusia terlalu terlarut dalam kesibukannya yang membuatnya tidak peka terhadap apa yang terjadi diluar dirinya. Mungkin manusia terlalu mengagungkan ego pribadinya sehingga tidak peduli apa yang dialami oleh dirinya sendiri.

Apa aku buta seperti itu? Kesunyian ini menyadarkan aku bahwa ada realitas luar yang begitu luar biasa yang telah merogoti seluruh pikiran dan hayalanku. Aku terlena dengan apa yang aku alami saat ini. Menjadi seorang manusia yang merasa diri terlalu kuat tetapi pada akhirnya tidak berbuat apa-apa.

Kata rindu selalu teringan membuat hati bertambah kacau……….

“pa kbr, lagi ngapai?” aku dikagetkan dengan SMS dari sahabatku. Ohhh…Tuhan ternyata masih ada orang yang memperhatikan aku..gumanku dalam hati ketika selesai membacanya. Aku pun berpikir untuk membalasnya…ya sekedar untuk mengusir segala kesuntukanpikiranku.

“ kbr baik, lu gimana? Baik juga ‘kan? Aku lagi bengong, ga tau mau buat apa” begitulah balasan pesan singkat. Aku tersenyum-senyum setelah membalas pesan singkat itu. Pikiranku kembali melayang mencari bayangan sosok yang selama ini aku kagumi. Meskipun raganya ditidak bisa kurai tapi bayangannya terus ada dalam pikiranku. Aku ingin menangkap lebih dari sebuah bayangan.

Aku teringat dengan sebuah syair lagu “Oh Tuhan ku cinta dia, aku tidak mudah untuk mencintai dan aku tak mudah mengaku kucintai, aku tak mudah mengatakan aku jatuh cinta”..mungkin cinta itu terlalu jauh bagiku….kuingin kau tahu..kurindumu lelah ku menungguh..o dimana kau berada…lelah kumenungguh.. seandainya hujan di sore ini bisa bernyanyai mungkin dia akan bernyanyi… AKU RINDU PADAMU, untuk mengejek diriku yang sedang sepi…tapi bagiku ini sebuah hanya kerinduan biasa yang mungkin akan selalu mengiringi perjalananku.

aku tertunduk lesu dan jiwaku begitu letih

sejumlah kesulitan datang dan menderaku nyaris tanpa asa

tapi aku menantimu, setia menunggu di sini

dan kau datang, duduk menemani di sampingku.

Kaubangkitkan aku, dan aku sanggup berdiri di puncak itu

Kaubangkitkan aku, dan aku sanggup melewati gelombang tsunami

Sungguh berada dalam tangan-Mu, aku begitu kuat

Kaubangkitkan aku, dan aku lebih ke depan dari hari-hari kemarin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun