Diskusi beberapa hari terakhir di kompasiana cukup menarik perhatian saya karena membahas topic yang cukup sensitive. Masalah copy-paste/plagiatisme dalam tulisan di kompasiana memunculkan komentar-komentar miring dan reaksi yang kadang berlebihan. Berkaitan dengan mencuri karya orang(plagiatisme), bagi saya merupakan salah satu tindakan yang kurang fair, karena orang menyangkal kemampuannya sendiri dan mencoba mengambil tulisan orang tanpa memberikan catatan sumber.
Saya melihat bahwa bukan hanya di Kompasiana terjadi kasus copy-paste, tetapijuga terjadi didunia pendidikan kita. Ada sebuah gejalah umum, bahwa ada kelompok belajar(siswa maupun mahasiswa) sudah mulai malas mengujungi perpustakaan, membaca buku dan mengambil intisari dari ide penulis dan mengembangkannya menjadi sebuah pemikiran baru. Sekarang yang menjadi tred adalah bertanya kepada mba google . Kalau hanya mencari bahan tidak terlalu dipermasalahkan, tetapi banyak juga terjadi praktek copy-paste. Makalah-makaah ilmiah atau pun tugas-tugas banyak yang merupakan karya copy-paste.
Praktek copy-paste terjadi di dunia pendidikan membawa dampak juga bagi dunia yang lain. Kita bisa melihat contoh hilangnya kreativitas bangsa Indonesia dan mencoba mengambil ide dari Negara lain, misalnya: program-program televisi, banyak program dari uar yang dicopy-pastekan di indoensia. Lebih jauh dari itu,bisa kita ihat maraknya barang-barang bajakan di negeri kita. Ada orang yang berkomentar bahwa Indonesia adalah negeri sumber barang-barang bajakan. Maukah bangsa kita terus di sebut negeri copy-paste/negeri bajakan? Semuanya tergantung anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H