Tabanan, sebagai lumbung padi Bali, adalah kawasan yang menawarkan pemandangan hamparan sawah dan buah-buah lokal yang beragam. Riuhnya wisatawan, baik lokal maupun internasional, tidak akan terlihat di sini. Namun di sisi lain, dinamika partisipasi politik perempuan di daerah yang dipimpin oleh seorang Bupati perempuan ini cukup terlihat. Inilah yang menginspirasi kami untuk melakukan penguatan bagi para caleg perempuan dan komunitas di Tabanan.
Memperkuat partisipasi perempuan saja tidaklah cukup tanpa memberikan informasi kepada masyarakat mengapa perempuan harus ikut berpartisipasi dalam politik. Pertemuan antara caleg perempuan dengan komunitas diharapkan dapat menjembatani ruang dialog antara caleg perempuan dan komunitas pemilih, khususnya perempuan.
Baru-baru ini Search for Common Ground (SFCG) bekerja sama dengan Solidaritas Perempuan dan Kunti Bakti mengadakan pertemuan di Bali (dalam 2 tahapan: 17-18 Februari dan 4-5 Maret 2014). Bertemakan "Pendidikan Politik Kritis Bagi Pemilih dan Caleg Perempuan pada Pemilu 2014", acara ini mempertemukan perwakilan-perwakilan perempuan dari berbagai komunitas dengan para caleg perempuan. Di sini, mereka saling berbagi dan bertukar pikiran mengenai isu-isu perempuan.
Pendidikan politik bagi masyarakat akar rumput yang tidak berjalan dengan baik telah membuat sebagian masyarakat apatis terhadap Pemilu. Apalagi, ritual lima tahunan ini belum memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap perempuan. Setidaknya inilah hasil temuan kami dalam diskusi bersama komunitas dari berbagai wilayah di Tabanan ini.
Salah seorang Ibu dari kelompok lansia bahkan memberi kesaksian bahwa selama hidupnya dan setelah berkali-kali mengikuti Pemilu, ia tidak pernah sekalipun bertemu langsung dengan caleg-caleg yang gambarnya sering mereka lihat di jalanan. Tak mengherankan bila sebagai pemilih ia tidak pernah mengetahui secara jelas program dan agenda politik yang diusung para caleg ataupun partai politik.
Di forum inilah ia untuk pertama kalinya dapat bertemu langsung dengan caleg perempuan, mendapatkan gambaran tentang program yang mereka usung dan secara langsung menyampaikan kepentingan khusus perempuan kepada mereka.
Hal yang sama juga diamini oleh caleg perempuan dari Partai Gerindra, Luh Erniasih. Menurutnya, selain memperkuat kepercayaan dirinya, ruang ini juga memungkinkannya untuk secara langsung mendapatkan referensi mengenai kepentingan perempuan yang akan ia perjuangkan bila kelak terpilih menjadi anggota legislatif perempuan di Tabanan.
Melihat hasil positif ini, tidak diragukan lagi bahwa program penguatan caleg perempuan harus terus dilakukan. Apalagi di lapangan kita masih menemukan banyak caleg perempuan yang belum sepenuhnya memiliki kapasitas yang memadai untuk berbicara di depan publik, program yang logis untuk diusung sebagai visi dan misi dalam kampanye dan secara spesifik isu perempuan yang akan mereka perjuangkan.
Pepatah “tak kenal maka tak sayang” memang sangat berlaku dalam proses kampanye untuk Pemilu ini. Dengan mengenali background, program dan kepribadian para caleg perempuan, semakin banyak referensi yang didapat komunitas perempuan tentang siapa wakil yang paling layak pilih untuk memperjuangkan aspirasi mereka.
Pertemuan ini juga menghasilkan komitmen bersama antara komunitas dan caleg perempuan untuk mengusung Pemilu damai dan memperjuangkan kepentingan perempuan.
Ke depannya kita masih membutuhkan lebih banyak ruang dialog seperti ini.
Leli Nurohmah
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI