Mohon tunggu...
Sean Yagoza
Sean Yagoza Mohon Tunggu... Nahkoda - Mahasiswa

Universitas Darussalam Gontor Program Studi Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Diplomasi Khilafah Bani Umayyah

3 November 2019   00:11 Diperbarui: 3 November 2019   00:23 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum kita mengenal diplomasi kontemporer pada zaman sekarang, para pendahulu kita dari umat islam telah banyak melakukan praktik diplomasi. Contoh itu bisa berupa yang dilakukan oleh para nabi dan rasul, para sahabat, bahkan pada masa dinasti setelah khulafaurrasyidin.

Setelah berakhirnya masa pemerintahan khulafaurrasyidin, tonggak kepemimpinan umat Islam berpindah dari sistem pemerintahan yang berbentuk pemerintahan monarki, yang diawali oleh kekuasaan dinasti bani umayyah yang didirikan oleh muawiyah bin abi sufyan. Dari sini juga, umat Islam menuju kepada peradaban yang semakin modern, yang mana berkembang pesatnya ilmu pengetahuan, pemerintahan dan perdagangan.

Diplomasi juga tidak kalah penting dalam mengatur kebijakan dan interest seorang raja kepada dirinya dan negaranya. Dalam kekuasaan dinasti bani Umayyah terdapat banyak sekali raja yang menjadi pemimpin pada masa kekuasaan dinasti ini, dengan masa yang berbeda-beda.

Namun bisa disimpulkan oleh penulis, bahwa salah satu bentuk diplomasi pada pemerintahan bani umayyah adalah keinginan mereka dalam mendapatkan kekuasaan, dimana hal yang terjadi ialah seorang pemimpin atau raja yang berkuasa berasal hanya dari satu keturunan, yaitu bani Umayyah, dan seorang Raja pasti menginginkan anaknya atau keturunannya untuk menggantikan posisinya yang akan melepaskan tahta, dan sering kali untuk mewujudkan hal ini, mereka menggunakan cara yang bisa dibilang cukup memaksa, bahkan tega membunuh orang yang tidak setuju dengan keinginannya untuk mendapatkan kekuasaan.

Kerja sama raja dalam faktor eksternal atau interaksi sebuah negara dengan negara lainnya diatur dalam teknik diplomasi tersebut. bahkan ada sebuah argumen menyatakan "apabila diplomasi berakhir, perang dimulai". jadi dalam interaksi satu negara dengan negara lainnya diatur dalam diplomasi. tidak hanya kerja sama bilateral atau multilateral, bahkan suatu kerjasama dalam bidang pertahanan juga diatur oleh teknik diplomasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun