Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Sukarelawan Sosial Menjadi Gaya Hidup Anak Millennial

1 Maret 2019   03:00 Diperbarui: 1 Maret 2019   11:26 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih muda nakal? Udah ga jaman... kini saatnya anak muda aktif dan bermanfaat bagi orang sekitar. Seperti yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa President University yang cukup aktif di bidang sukarelawan sosial seperti Anne, Bella, Haryo, dan Yusuf. Saat ini, mengikuti kegiatan kesukarelawanan merupakan suatu gaya hidup baru yang dijalani oleh anak muda, yaitu kaum millennial yang mendambakan kesejahteraan yang merata terutama di bidang sosial.

Anne, seorang mahasiswi jurusan ilmu komunikasi yang beberapa kali mengikuti kegiatan kesukarelawanan sosial ini menganggap kegiatan ini candu baginya. Berawal dari rasa prihatin kepada siswa sekolah dasar di daerah pedalaman yang tidak mendapat pendidikan yang layak, ia mulai bergabung mengikuti kegiatan sukarelawan lepas dari beberapa komunitas seperti 1000 Guru dan Arsa Community sejak tahun 2017.

Sama halnya dengan Bella, seorang mahasiswi jurusan ilmu komunikasi juga yang aktif menjadi anggota salah satu komunitas di bidang pendidikan bagi anak-anak rural yaitu Mejikuhibiniu, menganggap kegiatan kesukarelawanan seperti zat adiktif yang menimbulkan efek ketagihan. 

Dengan bekal berbagai pengalaman kegiatan sukarelawan seperti Asean literary festival 2017, world memory championship 2017, asian games 2018, asian para games 2018, jpac's dreamgirls production 2018, java jazz festival 2019, kegiatan kesukarelawanan ini juga dapat memperluas koneksi.

Lain halnya dengan Haryo, mahasiswa jurusan teknik mesin, yang baru pertama kali berpartisipasi dalam kegiatan sukarelawan sosial di bidang pendidikan bagi anak-anak yang tinggal di kampung pemulung di suatu komunitas yaitu Swara Peduli Ceria, karena pengaruh lingkungan pergaulannya yang banyak berinteraksi dengan kegiatan kesukarelawanan membuatnya menjadi penasaran dan berharap bisa menjadi manusia yang lebih bermanfaat lagi bagi lingkungan sekitar.

Selain itu, menjadi sukarelawan sosial dapat menumbuhkan rasa empati juga pembelajaran yang tidak didapat di dalam kelas seperti yang dirasakan oleh Yusuf, mahasiswa jurusan hubungan internasional ini yang tergabung dalam suatu organisasi nonprofit dan nonpemerintah, Children Foundation yang berfokus pada isu kekerasan dan bullying pada anak usia 8-15 tahun di Indonesia.

Gerakan anak muda seperti ini lambat laun seperti gaya hidup yang mulai digeluti oleh para pemuda terutama millennial, gerakan kecil yang dapat membantu kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Memang bukan hal yang mudah tatkala harus meluangkan waktu, pikiran, energi, bahkan uang, tetapi jika hal kecil itu dilakukan oleh banyak orang, bukan tidak mungkin kesejahteraan di Indonesia akan meningkat. Jadi, kenapa tidak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun