:tentang ketiganya
Betapapun kebahagiaan dalam sebuah perkawinan, aku meyakini bahwa perkawinan tak hanya dimiliki manusia. Kejadian-kejadian alam yang mengalun begitu saja, berkali-kali menampar apapun yang menyisa dalam kepala manusia: perjodohan tanpa harus dijodohkan. Aku sering melihat perkawinan daun dengan cahaya yang menciumi pagi berkali-kali. Mereka memang setiap saat, ketika berjumpa, melahirkan desus-desus sunyi di hati manusia.
Tetapi aku ingin kembali bertanya, Tuhan.
Mengapa perkawinan alur dan waktu selalu memperanakkan pertanyaan-pertanyaan besar? Setiap detik meniupkan udara yang menggelembung dalam nadi; memicu kerja jantung manusia dalam degup-degup yang menyiksa. Menyakitkan. Tetapi apa yang menjadi penghubung antara keduanya, sehingga cara mereka memeluk, sama seperti cara alam merentangkan jarak.
Akulah manusia dalam pencarian itu, Tuhan.
Betapapun. Ya, betapapun itu.
Betapapun panjangnya, Tuhan.
Aku hanya ingin memeluk waktu serta menapaki alur.
Hingga kelak ada payung yang tumbuh di atas kepalaku.
Dan aku
tak lagi mengenal duka.