Belajar dari buku Yuswohady "Millennials Kill Everything" ( Gramedia 2019 ), saya menemukan berbagai kebutuhan generasi milenial yang perlu dipahami oleh perusahaan, agar bisa memulai membangun komunikasi internalnya.
Millennial mengaktualisasikan dirinya lewat upayanya berkontribusi bagi perusahaan dimana mereka bekerja. Itu artinya mereka perlu akses, perlu dilibatkan, dan diberi kebebasan untuk memberikan masukan dalam situasi yang kondusif, dan berani mendapatkan feedback langsung.
Millennial yang humanis menyukai dialog, dan hal-hal yang otentik, sehingga informasi yang bercerita lebih menarik daripada yang menggurui atau terkesan 'menepuk dada sendiri'. Mereka juga memerlukan keseimbangan jam kerja dan tempat kerja, karena menurut mereka hal itu lebih manusiawi.
Millennial suka berbagi, karena mereka juga mendapatkan banyak informasi dari orang lain yang juga suka berbagi. Mereka cenderung memilih produk dan jasa berdasarkan hasil pengalaman otentik dari orang lain yang dibagikan kepada publik.
Belajar dari kekhasan itu maka, perusahaan perlu membangun komunikasi internalnya agar sesuai bagi millennial dengan kecakapan berikut :
- Komunikasi yang terbuka dan otentik. Artinya membangun budaya dialog perlu diawali dari pimpinan. Mulailah menyelesaikan berbagai konflik lewat pertemuan tatap muka, agar kebutuhan untuk berbicara secara pribadi dapat selalu diakomodasi tanpa ada perasaan "curiga".
- Kecakapan mendengarkan untuk menguatkan budaya inklusif. Melibatkan karyawan dalam dialog itu artinya, masukan mereka didengarkan, direspon dengan kata-kata dan bahasa tubuh yang sinkron, secara konsisten. Saat masukan mereka ternyata tidak dapat dilakukan, mereka harus kembali di update.
- Membangun keterampilan bertutur dan menulis konten perusahaan menggunakan teknik storytelling untuk membangun keterampilan komunikasi otentik. Kecakapan ini akan bermanfaat bagi milenial saat mereka berperan menjadi duta perusahaan, dimana mereka menjadi terbiasa mengartikulasikan nilai perusahaan dengan pengalaman dan kisah yang mereka alami sendiri.
- Kecakapan mengelola bahasa tubuh agar sinkron dengan bahasa verbal. Ketika pimpinan menyampaikan pesan kepada karyawan bahwa semua pimpinan sangat terbuka pada masukan apa saja, jangan tutup pintu ruang kerja, dan sambut siapa saja yang masuk dengan bahasa tubuh yang sesuai.
- Merencanakan komunikasi tujuan bersama secara berkala dan memastikan bahwa karyawan memiliki sense of belonging terhadap visi dan nilai perusahaan. Millennial menyukai perannya untuk berkontribusi konkret dalam sebuah tujuan yang lebih besar daripada dirinya.
- Bangun budaya berbagi di dalam perusahaan. Dorong karyawan untuk menuliskan pengalaman-pengalaman nya saat mendapatkan solusi ketika menemui masalah dalam pekerjaannya, lalu dibagikan kepada yang lain. Perilaku berbagi harus diperkuat dengan pengakuan konkret dan relevan.
Komunikasi Internal yang adaptif dan dibudayakan oleh pimpinan akan membantu perusahaan siap bekerja sama dengan generasi manapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H