Dunia ini sekarang terasa sangat dekat, sedekat ibu jari ke gawai pribadi, atau paling jauh paling hanya satu lengan antara telapak tangan dan gawai yang diletakkan di samping meja. Sedekat itulah kira-kira gambaran jarak antara kejadian yang terjadi nun jauh di belahan dunia sana dengan pengetahuan kita, jika dipertemukan lewat gawai. Gawai mampu mempertemukan penggunanya dengan apapun yang ingin mereka tahu, termasuk lewat pemberitaan media lewat jurnalisme online.
Jurnalisme online muncul pada 19 Januari 1998 ketika Mark Druge menyebarkan informasi mengenai perselingkuhan yang dilakukan oleh presiden Amerika Serikat, Bill Clinton dengan Monica Lewinsky. Mark menceritakan kisah tersebut melalui internet dan dengan cepat berita tersebut tersebar luas di berbagai penjuru.
Sebelumnya berbagai pemberitaan beredar melewati tangan ke tangan, melalui koran ataupun selebaran. Media-media cetak cepat menyesuaikan diri ketika muncul teknologi online yang mempercepat transfer data dan pemberitaan dari berbagai penjuru dunia ke penjuru dunia lain.
Contohnya beberapa media cetak juga mulai beralih ke online salah satunya seperti majalah mingguan dari Amerika Serikat yaitu Newsweek yang berdiri pada tahun 1933 dan beralih ke media online setelah muncul teknologi online tersebut. beberapa media lain juga mengikuti, dan bahkan menutup versi cetak mereka seperti di Indonesia. contohnya adalah majalah HAI anak perusahaan dari Kompas. HAI adalah majalah dengan pasar remaja yang cukup besar di kalangan anak muda, yang pada akhirnya memutuskan untuk berhenti memproduksi versi cetaknya.
Hal itu dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen yang merasa bahwa versi cetak dalam berbagai media sudah tidak lagi relevan. relevan dalam segi cara akses, harga, simpel, dan kedekatan dengan konsumen.Â
Nah itu dari sisi produsen berita, bagaimana jika membahas media online dari sisi konsumen.Â
Konsumen dengan analogi kedekatan antara gawai dan si konsumen itu sendiri yang sudah dijelaskan diatas adalah realita bagaimana pengguna gawai itu sekarang ini. berbagai informasi direngkuh dari genggaman dan beberapa gerakan ibu jari. bagaimana jika satu hari saja tidak menerima informasi tentang hal yang konsumen inginkan, atau lebih sederhana lagi menerima informasi hanya setengah-setengah dari mulut ke mulut tanpa adanya informasi yang lengkap dan merasa dapat dipercaya?
Hal yang pertama yang muncul adalah kecemasan informasi atau information anxiety, kebutuhan akan informasi dan hilangnya keteraturan informasi yang masuk ke konsumen akan berkurang atau bahkan berhenti. Sifat sifat jurnalisme online yang dekat, interaktif, aktual, dan mudah dicerna menjadikan bentuk pemberitaan online menjadi konsumsi yang sangat ringan untuk didapatkan.Â
lalu sisanya akan terjadi kekacauan karena demand tidak sesuai dengan supply hal ini dalam ranah informasi dan berita. dari sini bisa dilihat suksesnya media berkolaborasi dengan sistem online. hal ini bisa berdampak positif dan negatif tergantung bagaimana penggunaan dan siapa penggunanya. bisa dipikirkan sendiri bagaimana kedepannya kolaborasi antara media dan sistem online ini...
sekian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H