Seiring dengan berjalannya waktu, tidak dapat dielakkan bahwa kini kita telah tiba pada suatu era dan peradaban di mana segala sesuatu sangat mudah untuk didapat, diketahui, dan dihancurkan. Era ini disebut dengan era modern.
Teknologi yang ada telah berkembang kian pesat dan telah membawa manusia pada arus perubahan yang begitu massif dan turbulen. Ragam informasi misalnya, kini menjadi semakin mudah untuk didapat. Kemudahan ini sayangnya membawa ancaman bagi para individu muda khususnya, untuk hidup dalam kemalasan dan kemanjaan. Untuk hidup dalam kebobrokan moral dan semangat juang. Untuk hidup dalam sikap individualis dan pesimis.
Padahal, dalam pedoman hidup seluruh umat Islam di muka bumi ini, telah dinyatakan bahwa sejatinya menusia dilahirkan sebagai seorang pemimpin, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi dirinya dan orang lain.
Padahal, selain kaum muda, maka siapa pulalah yang akan menjadi seorang pemimpin bagi suatu bangsa, Negara, dan agama yang ada nantinya?
Menjadi pemimpin tidak sekadar memberi mandat, perintah, dan nasehat kepada siapa-siapa yang dipimpinnya, melainkan juga menjadi bagian dari apa yang diperintahkannya.
Pemimpin tidak hanya bertempat di garda terdepan, melainkan senantiasa menjadi guide dan bertempat di setiap sisi dalam menuntun siapapun yang dipimpinnya demi terwujudnya visi dan tujuan bersama.
Pemimpin pula selalu bersikap visioner,memiliki tujuan dan arah yang jelas pada tiap hal yang dilakukannya. Mampu untuk berinovasi dalam menciptakan hal-hal baru, mampu berkreatif pula dalam menyelesaikan problem yang dihadapi.
Seorang pemimpin mampu menciptakan suasana kekeluargaan dalam sebuah organisasi. Pemimpin pula mampu memberi pengaruh positif pada orang-orang di sekitarnya. Tidak hanya memiliki semangat juang yang tinggi, namun juga mampu menciptakan semangat juang orang-orang di sekitarnya.
Seorang pemimpin senantiasa menjadi inspirator.
Untuk menjadi seorang pemimpin, kaum muda perlu memulai dengan mengalahkan rasa malas yang ada dalam dirinya. Perlu untuk senantiasa mengembangkan dan menjaga etika, kejujuran, kepedulian, kekuatan, dan ketekunan yang ada dalam dirinya.
Lalu bagaimana dengan situasi yang ada saat ini? Dengan berbagai pengaruh yang datang dari tempat yang berbeda, kebudayaan yang berbeda, juga kebiasaan yang berbeda?
Dalam menghadapi tuntutan yang ada pada era modern, pemimpin baiknya bersikap cermat dalam memilah informasi yang datang. Pemimpin harus tetap belajar dari orang-orang yang lebih hebat dan berpengalaman lebih darinya. Pemimpin baiknya tidak bersikap tinggi hati, bersikap terbuka pada siapapun tak terkecuali bawahannya. Pemimpin bersikap menaungi dan merangkul seluruh bawahannya, sehingga suasana yang tercipta pun semakin akrab, berdampak pada tim yang semakin kompak. Seorang pemimpin dapat meng-combine ide mengenai sesuatu yang menjadi objek institusinya --dengan institusi lain— dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan menggunakan jiwa kreatif dalam mencapai hasil yang mengagumkan.
Dan yang terpenting, seorang pemimpin senantiasa menujukan segala sesuatu yang dilakukannya sebagai bentuk sumbangsih terhadap bangsa dan Negaranya.
Dan untuk melandasi segala sesuatu tersebut, ruhani yang kuat adalah bentengnya. Maka seorang pemimpin harus mengawali segala sesuatu dengan mendekatkan diri pada Sang Pencipta, kemudian menjaga keharmonisan bersama keluarga dan orang-orang sekitarnya.
Â
Wahai kaum Muda,
integralkan semangat!
Mari mulai membangun diri dan Negeri yang lebih lebih kuat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI