Dengan Cita-cita Aku Memiliki Sebuah Harapan
Waktu kecil, usia 6 tahun sedeng-sedengnya unyu-unyu gembira sekali bapak masukin saya ke sekolah dasar. Maklum bapak gak punya biaya buat masukin saya ke taman kanak-kanak. Itupun bapak harus pinjam uang dulu ke mandor tempat bapak kerja bangunan.
Bapak saya berprofesi kuli bangunan, tidak mau melihat anaknya kelak seperti dirinya, kerja keras, demi keluarga. Tapi bapak memimpikan anaknya bisa kerja enak dan mempunyai gaji yang sangat besar. Untuk itu bapak kerja banting tulang demi membiayai aku sekolah.
Cita-cita memang hanya sebuah cita-cita, tapi dengan memiliki cita-cita berarti kita mempunyai harapan untuk berubah. Walaupun sekarang saya lulusan STM, tetapi dahulu ayah saya memimpikan saya menjadi insinyur pesawat, seperti Rinaldo piaggio. Tapi karena kekurangan dana, bapak saya hanya mampu meluluskan saya sampai ke tingkat STM.
Terus Gali Ilmu Walau Cita-citamu Tidak Kesampaian
Ternyata walaupun sekarang saya bukan seorang insinyur pesawat. Tetapi sekarang saya merasa nyaman karena dengan ilmu STM yang saya miliki, saya sekarang bisa memperbaiki motor sendiri, Â apalagi sekarang saya mempunyai hobby kolektor vespa-vespa jadul. Jadi saya gak perlu ke bengkel untuk memperbaiki motor vespa saya.
Memang sangat berbeda dengan beberapa anak orang kaya, yang mempunyai bapaknya seorang hartawan, terkadang mereka menyepelekan sekolah, padahal di luar sana yang tingkat ekonominya di bawah rata-rata sangat memimpikan sekolah sampai kuliah.
Harapan saya untuk adik-adik, AYO SEKOLAH. jangan pernah malas untuk sekolah, jangan pernah menyepelekan pendidikan, ingat dik ... kamu kelak akan mengerti makna menjadi orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H