Manusia Jawa zaman dulu, mungkin sampai sekarang dan khususnya laki-laki punya empat hal penting dalam hidup. Pertama adalah senjata, seperti keris, tombak, dan lain sebagainya. Kedua adalah pasangan, ketiga tuggangan atau kendaraan seperti kuda atau sepeda. Keempat adalah peliharaan, seperti burung atau ayam.
Berawal dari kesejatian itu orang Jawa dahulu melakukan aktivitasnya berpijak pada empat hal penting di atas kehidupannya. Pun ketika menikmati hiburan atau menghibur dirinya sendiri. Misalnya saja saat mengikuti permainan sabung ayam, yang menandakan salah satu ciri, yaitu: peliharaan.
Joseph John Stockdale, sejarawan asal Inggris melalui The Island of Java yang diterbitkan pertama kali tahun 1811 menuliskan penelitiannya tentang aktivitas sabung ayam di Jawa. Menurut pengamatannya, sabung ayam merupakan olahraga favorit bagi orang Jawa. Ciri identitas manusia Jawa, yaitu punya peliharaan tergambar dari aktivitas ini. Para penyabung memelihara ayam mereka, dan sengaja demikian untuk disiapkan bertarung.
Meski barang mereka habis dijual atau diambil Belanda, empat hal tersebut: pasangan, tunggangan, senjata, dan peliharaan tidak akan sedikitpun terpisah dari raga orang Jawa. Belanda tahu benar akan hal ini. Mereka memanfaatkannya dengan membuat peraturan pajak bagi yang memiliki ayam aduan. Bahkan hasil pajak ayam aduan itu harus dilaporkan ke Batavia (Jakarta) dan merupakan bagian dari pendapatan Jogjakarta. Stockdale mencatat bahwa pada tahun 1770 pajak ini, khusus ayam aduan, mencapai 351 gulden.
*Tulisan juga bisa ditemukan di beritajogja.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H