Mohon tunggu...
Taufik Arianto
Taufik Arianto Mohon Tunggu... Mahasiswa S2 -

http://darefordreaming.blogspot.co.id/ (blog) https://www.facebook.com/taufik.arianto , @Opicxk, https://id.linkedin.com/in/taufik-arianto-49a66697 Science Student, blogger // Not everyone can be the best in one thing but everyone always have chance to the first in other things

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apakah Film Imajinasi (Dragon Ball Z) Pemicu Kekerasan?

10 November 2015   19:30 Diperbarui: 10 November 2015   19:37 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Seminggu kemarin saya mencoba berpikir positif dengan tidak ditayangkannya film kartun Dragon Ball Z di salah satu stasiun TV. Akan tetapi akhir-akhir ini beberpa berita di media sosial menyebutkan bahwa film tersebut tidak ditanyangkan karena ada teguran dari KPI dan saya tidak habis pikir dengan hal itu.

Penayangan film tersebut dianggap mengandung unsur kekerasan yang dapat mempengaruhi perilaku anak-anak. Hal ini sungguh tidak bisa saya terima bahkan dengan akal sehat saya sisi mana yang dianggap kekerasan. Sepengalaman saya sejak saya kecil film ini sudah berkali-kali ditayangkan dan tidak ada masalah. Padahal kalau dari sisi pendidik sendiri saya melihat film tersebut dapat memberikan dampak yang cukup untuk pengembangan imajinasi anak. Manusia yang dapat terbang, berpindah dari bumi ke planet lain dalam sekejap, bukankah hal tersebut dapat merangsang imajinasi anak dan menumbuhkan kreativitasnya. Ingat kata seorang ilmuan Albert Einsten bahwa imajinasi itu lebih penting dari sebuah pengetahuan.

Justru saya sangat heran mengapa beberapa sinetron di televisi yang mengandung unsur kekerasan, percintaan, perebutan harta dan kekuasaan itu tetap ditayangkan contohnya sebut saja film tentang manusia yang dapat berubah jadi serigala dan bertengkar merebutkan wanita atau film tentang manusia yang menjadi harimau, kenapa tetap ditayangkan, lama-lama ada judul ganteng-ganteng monyet, atau film 7 manusia monyet belum lagi sinetron-sinetron yang menajarkan tentang percintaan anak SMP dan SD. 

Apakah kita harus kembali mundur, akan dibawa kemana mental bangsa ini jika dari tontonan saja memfilternya masih sedikit kacau balau. Mari menggunakan mata hati kita untuk memahaminya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun