Mohon tunggu...
Wasilatur Rahmah Siftia Rusydi
Wasilatur Rahmah Siftia Rusydi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Surabaya

Saya menyukai hal-hal yang berhubungan dengan manusia, proses berinteraksinya,dan hasil interaksinya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mereka Istimewa

6 Desember 2023   22:44 Diperbarui: 6 Desember 2023   22:59 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Anak berkebutuhan khusus"; sesuatu yang tidak asing bagi beberapa orang, terutama bagi orang yang menekuni bidang pendidikan. Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus selalu menjadi topik yang menarik, karena di dalamnya terdapat tantangan dan keunikan tersendiri. Namun, sebelum melangkah pada pembahasan yang lebih jauh, ada baiknya untuk mengenal apa itu anak berkebutuhan khusus dengan lebih mendalam.

Para ahli sepakat mendefinisikan anak berkebutuhan khusus sebagai anak yang memiliki keterbatasan atau kemampuan yang luar biasa, sehingga memerlukan perhatian khusus dari orang di sekitarnya. Sama seperti manusia pada umumnya, anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang harus orang lain hormati, seperti: hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan identitas, dan lain sebagainya. Anak berkebutuhan khusus terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:

Pertama, tuna netra, merupakan suatu kondisi dimana seseorang memiliki keterbatasan dalam melihat, yang disebabkan oleh faktor bawaan dari lahir atau kecelakaan. Karakteristiknya:

  • Ciri fisik: karakteristik fisik pada beberapa orang terlihat dengan jelas, seperti: mata juling, mata sering berkedip tidak beraturan, dan sebagainya
  • Karakteristik kognitif dan akademik: sebenarnya ketunaan dalam indra penglihatan tidak mempengaruhi kemampuan kognitif secara langsung, namun sebagian anak akan merasa kesulitan dalam belajar, apalagi dalam kegiatan membaca dan menulis
  • Karakteristik pribadi sosial: kesulitan mengamati fenomena sosial, menjadi lebih curiga, ketergantungan pada rang di sekitarnya, dan perlu belajar lebih dalam tentang bagaimana cara mengespresikan bahasa tubuh dengan baik

Kedua, Tuna rungu dan wicara; tuna rungu atau tuli merupakan suatu kondisi dimana seseorang memiliki keterbatasan dalam mendengar. Tuli, erat kaitannya dengan tuna wicara, seseorang yang tuli sejak lahir cenderung akan kesulitan dalam berbicara. Karakteristik tuna rungu dan tuna wicara:

  • Memerlukan alat bantu dengar agar bisa mendengar dengan baik dan jelas
  • Kemampuan berbahasanya jauh lebih rendah daripada orang pada umumnya dan miskin kosa kata
  • Sulit memahami kalimat atau perkataan yang panjang
  • Gaya bahasa dan inonasinya monoton
  • Tidak bisa menyampaikai perkataannya dengan jelas, sehingga terkadang berpengaruh pada aspek sosial dan belajarnya
  • Kesulitan menangkap pembicaraan orang lain
  • Sering menggunakan simbol atau gerakan untuk berkomunikasi

Ketiga adalah tuna laras, tuna sosial, atau di dalam dunis psikologi dikenal dengan sebutan behaviour disorder merupakan seseorang yang mengalami gangguan tingkah laku dan emosi yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Karakteristik tuna laras dibagi menjadi tiga, yaitu:

  • Karakteristik sosial emosional: sering mengganggu masyarakat, agresif, melakukan kejahatan remaja, dan melanggar hukum
  • Karakteristik akademik: hasil penilaian di bawah rata-rata, sering membolos, dan sering mendapatkan hukuman indisipliner
  • Karakteristik kesehatan: memiliki beberapa gangguan seperti gangguan makan, jorok, gagap, dan buang air kecil tidak terkendali (sering mengompol)

Keempat penyandang disabilitas tuna daksa, merupakan kondisi dimana seseorang memiliki kekurangan dari anggota tubuhnya, bisa cacat fungsi maupun kekurangan anggota tubuh yang dapat menggangu sebagian aspek kehidupan, seperti mobilisasi. Karakteristiknya dibagi menjadi tiga:

  • Karakteristik sosial emosional: ketidakpercayaan diri bisa muncul karena perasaan rendah diri, merasa berbeda dari orang lain, sehingga sebagian orang yang tuna daksa cenderung menutup dirinya.
  • Karakteristik akademik: seseorang dengan gangguan hanya pada anggota gerak memiliki kemampuan kognitif yang sama dengan orang pada umumnya, sedangkan orang tuna daksa yang mengalami kelainan pada otaknya (cerebral) memiliki kemampuan kognitif mulai dari tingkat idiocy sampai gifted, contohnya penderita cerebral palsy.
  • Karakteristik kesehatan: terbatas dalam bergerak, pengidap cerebral palsy mengalami kerusakan di bagian extrapyramidal dan pyramidal tract yang mana keduanya mengatur sistem motorik. Kerusakan pada bagian tersebut akan membuat penderita sulit berpindah tempat, sering hilang keseimbangan, kaku, dan sebagainya.

Kelima, tuna grahita merupakan sebutan bagi orang-orang yang memiliki kemmapuan kognitif dan intelektual yang rendah atau jauh lebih rendah daripada orang sebayanya. Karakteristik tuna grahita yaitu:

  • Perkembangan gerak yang kurang dan cacat fisik
  • Tingkah laku dan interaksi dengan orang lain tidak normal
  • Melakukan tingkah laku yang tidak wajar dan dilakukan dengan terus-menerus, contohnya: memukul kepala
  • Lamban jika mempelajari hal baru, cepat lupa, sulit dalam melakukan generalisasi, dan kurang dari segi penalaran abstrak
  • Anak tuna grahita berat, kesulisan untuk mengurus dirinya sendiri dan memiliki kemampuan komunikasi yang buruk

Keenam autisme atau Autism spectrum disorder, diartikan sebagai gangguan perkembangan sebagai akibat dari kelainan atau kerusakan saraf otak, yang gejala dan keparahannya berbeda pada tiap penderitanya. Namun, umumnya anak dengan sindrom autis memiliki karakteristik perilaku yang perseverative (keinginan yang kaku), sehingga menjadi mudah tantrum jika merasa terganggu dan jika sesuatu hal tidak sesuai dengan kehendaknya. Ciri yang lain adalah:

  • Pada usia bayi, cenderung akan menjauhi pengasuhnya dan melengkungkan punggungnya ke belakang
  • Overlay agitated (gaduh/hiperaktif) atau terlalu pasif
  • Berperilaku tidak lazim, seperti: non-goal directed behavior dan melukai diri sendiri
  • Bermasalah dalam makan dan tidur

Jenis ABK ketujuh adalah down syndrome atau sindrom down, merupakan suatu kelainan genetik, dimana seseorang lahir dengan kromosom yang berjumlah 47 (normalnya berjumlah 46, 23 pasang). Down syndrome juga dikenal dengan "trisomi" karena terjadi penambahan 1 kromosom pada kromosom nomor 21, sehingga yang awalnya berjumlah sepasang menjadi 3 buah kromosom. Sindrom ini menimbulkan gejala fisik, kognitif, dan tingkah laku yang berbeda pada setiap tingkat keparahannya. Berikut ini adalah karakteristik penderita down syndrome:

  • Ciri fisik: tinggi lebih pendek dari rata-rata dan jarinya lebih kecil daripada jari orang pada umumnya; memiliki wajah yang bulat dan melonjong seiring bertambahnya usia; telinga agak kebawah daripada telinga pada umumnya berbentuk seperti kotak dengan lipatan yang tidak normal; mata sipit, kepala relatif kecil (microchepaly) dengan bagian depan kepala (anteroposterior) yang mendatar, sehingga bentuk itu terlihat pesek
  • Keterlambatan perkembangan
  • Kemampuan kognitif dan intelektual yang lebih rendah daripada orang lain seusianya

Kedelapan, yaitu kesulitan belajar spesifik, berbeda dengan kesulitan belajar seperti tuna grahita, individu tersebut diyakini memiliki IQ normal dan bahkan tidak jarang di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan dalam beberapa bidang spesifik, yang dibagi menjadi:

  • Disleksia (gangguan belajar yang berhubungan dengan linguistic, baik bahasa lisan maupun tulisan). Biasanya orang yang memiliki gangguan ini memerlukan waktu lebih lambat untuk berbicara dan menulis dibanding dengan orang yang tidak memiliki gangguan. Sering salah mengucapkan kata-kata yang familiar, sulit menghapal alfabet, mempelajari kata atau kalimat, dan sulit mempelajari lirik lagu di nyanyian yang sederhana
  • Diskalkulia (gangguan belajar yang berhubungan dengan angka atau numerik dan berhitung). Karakteristiknya: merasa panik dan kesusahan jika dihadapkan dengan aktivitas yang melibatkan kemampuan berhitung, dan sering memberikan jawaban yang tidak konsisten ketika dihadapkan dengan pertanyaan seputar angka
  • Disgrafia (gangguan belajar yang berhubungan dengan menulis atau mengetik). Individu dengan gangguan tersebut biasanya  sulit untuk mengungkapkan pemikiran dalam bentuk tulisan, lamban atau bahkan tidak paham apa yang harus ditulis ketika didikte, sering typo saat menulis atau mengetik, dan sering salah dalam pengguanaan tanda baca

Jenis yang terakhir adalah anak cerdas istimewa, anak ini berkaitan dengan aspek intelektual atau akademik yang di atas rata-rata, sedangkan anak berbakat istemewa lebih spesifik ke arah bakat dibidang praktikal. Karakteristiknya:

  • Memiliki kecerdasan di atas rata-rata (>130) atau memiliki bakat yang unik
  • Mampu berpikir cepat tepat dan mampu mengumpulkan berbagai informasi degan detail
  • Memiliki komitmen tinggi dalam bidang yang disukai
  • Mempunyai daya ingat yang kuat
  • Rasa ingin tahu dan usaha untuk tahu yang tinggi
  • Terkadang bersikap membangkang karena apa yang disajikan berbeda dengan apa yang telah diketahui, sehingga cepat merasa bosan karena telah tahu lebih dulu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun