Mohon tunggu...
Syarif Burhan
Syarif Burhan Mohon Tunggu... wiraswasta -

freelance di kontraktor bangunan, menulis di jejaring sosial dan blog

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Luka

24 Februari 2012   10:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:14 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Luka menganga, merancap untuk kemudian tiarap, barangkali luka serupa katup pada tiup sangkakala. mampu membahasakan kesedihan yang terbaca tanpa terkata. Rindu hanyalah embun di sekuntum kamboja di atas pusaramu, tanpa itu, sungguh tiada gelora yang mampu menamatkan mata-mata. Luka yang setiap pagi selalu kau sentuh, tanpa ujung-pangkal episode wicara. bahwa kesunyianku bukan sendiri, yang enggan mengajak pagi menyiasati. Engkau laron dan kunang-kunang, mampu terbang sementara untuk terus ke balai-balai, tak pernah kembali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun