Luka menganga, merancap untuk kemudian tiarap, barangkali luka serupa katup pada tiup sangkakala. mampu membahasakan kesedihan yang terbaca tanpa terkata. Rindu hanyalah embun di sekuntum kamboja di atas pusaramu, tanpa itu, sungguh tiada gelora yang mampu menamatkan mata-mata. Luka yang setiap pagi selalu kau sentuh, tanpa ujung-pangkal episode wicara. bahwa kesunyianku bukan sendiri, yang enggan mengajak pagi menyiasati. Engkau laron dan kunang-kunang, mampu terbang sementara untuk terus ke balai-balai, tak pernah kembali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H