Mohon tunggu...
Sigit  Budhi Setiawan
Sigit Budhi Setiawan Mohon Tunggu... profesional -

Antropolog

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngayah, Metode Menyumbang Masyarakat Bali

13 November 2012   09:53 Diperbarui: 4 April 2017   17:28 4302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh Sigit Budhi Setiawan

Bali tidak hanya dikenal sebagai daerah dengan pesona alam yang luar biasa. Bali juga dikenal sebagai daerah dengan kekayaan seni, budaya dan sistem kemasyarakatan yang seolah tiada lekang dimakan modernisasi. Mereka begitu liat, ulet dan cerdik meniti gelombang perubahan. Persis secerdik dan lihai para Surfer Bali meniti gelombang pantai Kuta.

Dalam tradisi menyumbang, masyarakat Bali memiliki metode menyumbang sangat khas. Menyumbang dalam masyarakat Bali tidak hanya sebagai bentuk perintah agama, namun telah inheren dalam perilaku budaya mereka. Salah satu metode menyumbang paling dikenal adalah ngayah.

Secara harfiah, ngayah berarti pekerjaan sukarela untuk kebaikan bersama. Secara konsep,ngayah adalah sejenis gotongroyong di berbagai masyarakat di Indonesia. Namun ngayah tidak semata-mata tolong menolong dan berbuat untuk kebaikan bersama tetapi merupakan manifestasi religiusitas, kesalehan sosial dan budaya dalam masyarakat Bali. Ngayah adalah artikulasi dariDharma masyarakat Bali. Dalam prakteknya, ngayah ditujukan untuk berbagi, tolong menolong, bersolidaritas dan bersosialisasi antarmasyarakat.

Ngayah dalam Lintasan Jaman

Secara historis, ngayah merupakan tradisi masyarakat agraris Bali yang secara turun temurun dipelihara. Pada masa itu, ngayah menjadi bagian dari pekerjaan agraris, mengolah sawah, ladang sambil bersosialisasi dengan masyarakat untuk hidup yang lebih baik. Ngayah juga merupakan bagian dari pengabdian transedental kepada Tuhan, pengabdian tanpa pamrih kepada adat, pengabdian kepada patron tradisional di masyarakat (raja sebagai pemilik tanah, negeri).

Pada masa modern ini, wilayah-wilayah perkotaan Bali menerapkan model ngayah yang fleksibel. Ngayah sebagai kerelaan dan solidaritas yang disesuaikan dengan perubahan jaman. Namun, seperti semangat tradisional,Fleksibel tidakberarti mengurangi interaksi dan hubungan baik kekerabatan di masyarakat. Sebagai misal dengan mengatur jadwal ngayah di luar jam kerja, lebih dini atau waktu-waktu libur bagi pekerja kantoran atau memiliki halangan.

Bagi pekerja kantoran, sebagai contoh, bisa ngayah terhadap kerabatatau tetangganya pada pagi dini, sebelum jam kerja kantor dimulai. Selain itu, sumbangan dalam bentuk uang, barang dikumpulkan secara reguler. Dengan model ini, semangat berbagi, berbuat untuk kebaikan bersama tanpa menipiskan ikatan kekerabatan nampaknya bisa terjaga.
[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun