Mohon tunggu...
Syamsul Bahri
Syamsul Bahri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Katanya saya tidak lebih dari Mahasiswa Sampah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sampai Kapan Bisa Tertawa

29 Agustus 2013   13:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:39 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1377758876913002034

Sampai kapan?

Orang-orang yang menulis kepalsuan di keningnya,

Menggerogoti kemaluan zaman,

Membonsai kesejahteraan, beternak ketidakadilan.

Sampai dimana?

Tawa menemani pembodohan.

Melacur keluhuran rasa,

Merekayasa senyuman awan kelabu

Demi apa ?

Engkau sanggup melukis senyum,

Meski kau sadari kau terluka.

Meski engkau merasa kau tersakiti.

Karena mengapa ?

Kau masih tetap berlalu.

Meski saudaramu bersimbah darah.

Meski sahabatmu kini tanpa arah.

Lalu bagaimana?

Aku mengingatkanmu.

Bagaimana aku memohon.

Darah kita sama merah, tulang kita sama putih.

Berikan aku sedikit hidup.

Agar kita tidak terpisah.

Kayamu melayang,

Miskinku terkubur.

Dengan siapa?

Bangsaku memohon.

Jika kakinya terkilir.

Jika mahkotanya layu, kalau bukan kamu.

(gambar diperoleh dari google search. nahimunkar.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun