Sampai kapan?
Orang-orang yang menulis kepalsuan di keningnya,
Menggerogoti kemaluan zaman,
Membonsai kesejahteraan, beternak ketidakadilan.
Sampai dimana?
Tawa menemani pembodohan.
Melacur keluhuran rasa,
Merekayasa senyuman awan kelabu
Demi apa ?
Engkau sanggup melukis senyum,
Meski kau sadari kau terluka.
Meski engkau merasa kau tersakiti.
Karena mengapa ?
Kau masih tetap berlalu.
Meski saudaramu bersimbah darah.
Meski sahabatmu kini tanpa arah.
Lalu bagaimana?
Aku mengingatkanmu.
Bagaimana aku memohon.
Darah kita sama merah, tulang kita sama putih.
Berikan aku sedikit hidup.
Agar kita tidak terpisah.
Kayamu melayang,
Miskinku terkubur.
Dengan siapa?
Bangsaku memohon.
Jika kakinya terkilir.
Jika mahkotanya layu, kalau bukan kamu.
(gambar diperoleh dari google search. nahimunkar.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H