Mohon tunggu...
Sayyid Yusuf Aidid
Sayyid Yusuf Aidid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ

Saya adalah seorang dosen agama yang moderat yang suka membaca dan menulis. Genre bacaan saya yaitu religi dan tasawuf. Adapun saya mengajar Agama Islam di Universitas Indonesia dan Politeknik Negeri Jakarta. Link : www.yusufaidid.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Para Calon Wakil Rakyat Mendulang Elektabilitas dari Ulama

2 November 2023   10:10 Diperbarui: 2 November 2023   10:15 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Suara agamawan atau tokoh agama di saat kampanye calon anggota legislatif dan eksekutif menjadi incaran. Sebab kedua sosok tersebut diikuti dan didengar oleh masyarakat. Maka tidak dipungkiri seolah para wakil rakyat tersebut butuh kepada mereka. 

Bahkan kebutuhan tersebut adalah kebutuhan primer, kebutuhan utama. Namun jangan saja mereka butuh disaat kampanye atau ingin mendulang tingginya elektabilitas giliran mereka sudah duduk di kursi empuk , melupakan tokoh-tokoh yang berpengaruh di masyarakat tersebut. Sehingga bisa diungkapkan "Habis Manis Sepah Dibuang".

Para calon wakil rakyat, mereka ketika datang ke tokoh-tokoh agama pasti meminta nasehat, dawuh, dan doa. Tentu doa inilah yang dianggap pendongkrak elektabilitas mereka. Sebab doa merupakan senjata untuk menghadapi situasi dan kondisi untuk mencapai tujuan. 

Bukan hanya itu, biasanya para wakil rakyat bisanya berbisik, "Minta dukungannya ya, kyai, habib, atau ustad agar kami dapat terpilih sebagai wakil rakyat dan bisa mengemban amanah atau tugas tersebut jika takdir menentukan." Yang menjadi pertanyaan sekarang, "Jika calon wakil rakyat tersebut terpilih, apakah mereka akan mengingat dan sowan lagi tidak kepada tokoh-tokoh tersebut?"

Fenomena mendulang suara calon wakil rakyat akan berulang setiap lima tahunan. Pasalnya hal tersebut selalu menjadi perhatian para rakyat yang selalu mengamati dan mencermati. Sehingga, bisa dikatakan ulama adalah alat terpenting untuk mencapai kekuasaan politik. 

Memang hal tersebut lumrah adanya, sehingga ada bargaining bagi calon wakil rakyat kepada pemuka agama tersebut. Seperti adanya Hari Santri Nasional buah bargaining ulama kepada Pak Presiden Joko Widodo. 

Calon-calon Presiden dan wakil Presiden Indonesia di 2024 mendatang mereka melakukan safari politik ke para cendikawan-cendikawan muslim baik yang masih hidup atau yang telah wafat. 

Tentu calon-calon RI 1 dan RI 2 tersebut percaya mendatangi ulama yang telah wafat juga dianggap penting. Sebab mendatangi mereka, dalam rangka mengingat perjuangan dan kisah hidupnya yang masih dikenang oleh masyarakat Indonesia. Di samping itu mereka mengalap berkah dari para ulama tersebut demi tercapainya hajat-hajat politiknya. 

Hajat-hajat politik ini adalah termin bagi orang-orang yang berjuang untuk berkompetisi untuk menggapai suara orang-orang yang akan dipimpinnya nanti. Namun hajat-hajat politik tersebut harus dibarengi niat yang tulus dan bukan janji semata. Sebab sebagian dari mereka yang akan memimpin rakyat Indonesia selalu menebarkan janji. Tentu janji tersebut adalah hutang yang harus dilunasi ketika mereka terpilih nanti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun