1 Muharram, merupakan tahun baru bagi kalender hijriah. Umat muslim menyambut bulan tersebut dengan gembira. Terutama pada malam pergantian tahun baru tersebut warga Jakarta mengadakan pawai obor keliling.
Biasanya pawai tersebut diikuti oleh anak-anak, remaja, bahkan dewasa. Filosofi dari pada acara tersebut yaitu obor yang melambangkan pada tahun tersebut akan membawa umat muslim kepada harapan yang cerah.
Selain itu, warga Jakarta biasanya membuat acara tasyakuran (bentuk syukur) dalam menyambut tahun baru hijriah. Acara tersebut mulai dari mengadakan pembacaan Yasin, tahlil, pembacaan riwayat Nabi Muhammad, serta tausiyah agama.
Pembacaan Yasin itu simbolisasi dari optimisme terhadap tahun baru yang akan diarungi tersebut, pembacaan tahlil sebagai menghubungkan terhadap pahlawan, ulama, dan kerabat yang telah berpulang ke rahmatullah, pembacaan riwayat nabi sebagai pengingat perjuangan Sang Rasulullah, serta tausiyah sebagai pemberian motivasi dari penceramah untuk terus semangat dalam mengarungi tahun baru hijriah.
Tampak pula berbagai majelis taklim, mushola, dan masjid yang ada di Jakarta mengadakan bakti sosial di bulan Muharram tersebut. Acara tersebut seperti sunatan massal, pengobatan gratis, bekam gratis, dan santunan bagi yatim dan fakir miskin.
Namun biasanya santunan tersebut umumnya diadakan pada tanggal 10 Muharram. Sebagaimana Nabi Muhammad bersabda, “Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim pada tanggal 10 Muharram maka Allah akan memberikan pahala untuknya pada setiap rambut yang diusap berupa derajat di syurga-Nya.”
Kemeriahan lainnya juga terjadi ketika 1 Muharram ini tiba; pengurus majelis taklim, mushola, dan masjid mengadakan lomba-lomba keislaman untuk anak-anak. Lomba-lomba tersebut diantaranya lomba adzan, lomba bacaan surat-surat pendek di al-quran, quiz yang bernuasa Islami, lomba hadroh, lomba puisi tentang keislaman, serta lomba-lomba yang lainnya. Sehingga kemeriahan tahun baru Islam sangatlah terasa di tanah Betawi ini.
Sungguh tradisi ini adalah tradisi yang harus dijaga dan dilestarikan agar nantinya 1 Muharram bisa dikatakan sebagai lebaran ketiga setelah Idul Fitri dan Idul Adha. Sehingga umat muslim khususnya di Jakarta mempunyai ciri khas dalam menyambut tahun baru tersebut penuh makna.
Makna kesakralan dalam menyambut tahun baru hijriah dengan mengadakan zikir berjamah, makna kepedulian dan simpati antara sesama muslim dengan bakti sosial, makna melatih anak untuk terus cinta terhadap Allah dan Rasul-Nya melalui ikut dalam lomba-lomba keislaman.
Penjagaan dan pelestarian tradisi positif di tahun baru hijriah tersebut akan berimplikasi pada keberkahan. Keberkahan tersebut berupa kemudahan dalam melakukan aktivitas, rezeki yang selalu mengalir dari Allah Swt, dan semangat dalam meningkatkan ibadah di tahun baru tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H