Majelis taklim, sarana mencari ilmu agama yang masih bertahan sampai saat ini. Terutama sarana tersebut menjadi komoditas masyarakat urban yang jenuh dengan aktivitas sehari-hari. Penat dan capek hilang ketika seseorang yang mengikuti kajian-kajian yang ada di dalam majelis tersebut. Mulai dari kajian fiqih, muamalah, dan tasawuf sebagai bidang-bidang yang dibahas oleh mualim, kyai, Â habaib, cendikiawan muslim di majelis yang penuh barakah tersebut.
Waktu majelis taklim yang ada di lingkungan sosial biasanya selepas sholat Subuh, setelah sholat Maghrib, dan bakda shalat Isya. Sebab di waktu-waktu tersebut tidak mengganggu aktivitas manusia. Sehingga banyak jamaah yang mengikuti dalam kegiatan yang diisi oleh ilmu-ilmunya Allah SWT. Adapun tempat-tempat majelis taklim tampak di masjid, mushola, dan rumah-rumah pribadi. Namun seiring jalannya waktu, sebagian kantor-kantor di Jakarta mengadakan majelis taklim dengan nama lain kajian-kajian keislaman. Biasanya kajian tersebut diadakan sehabis shalat Zuhur, jam istirahat kerja.
Kajian-kajian keislaman di perusahaan, kantor ataupun tempat usaha lainnya adalah sarana efektif bagi orang-orang yang sibuk di tempat kerjanya. Di sisi lain, sarana tersebut sebagai pengingat mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya. Kajian-kajian yang digandrungi kurang lebih sama dengan majelis-majelis taklim yang ada di lingkungan masyarakat. Bedanya kajian-kajian di kantor bersifat tematik, kajian berdasarkan tema-tema keislaman. Namun sebagai pengisi kajian tersebut haruslah ustadz-ustadz yang bersanad, berlisensi keguruannya yang bersambung hingga Rasulullah.
Biasanya dari aktivitas kajian-kajian keislaman yang berjalan di kantor-kantor akan menjadi komunitas dengan membuat grup di Whatsapp atau media lainnya. Hal itu sebagai komunitas komunikasi yang membagikan informasi dan pengetahuan tentang materi-materi praktis ibadah, kisah-kisah teladan, dan motivasi-motivasi hidup. Tentu dalam komunitas ini sebaik mungkin menghindarkan berita-berita politik, jika tidak komunitas tersebut sama dengan komunitas-komunitas lainnya.
Kajian-kajian keislaman juga hadir di tengah-tengah civitas akademika di universitas-universitas. Biasanya kegiatan tersebut terpusat di masjid-masjid kampus. Kehadirannya membawa dampak yang signifikan untuk membentuk karakter nabawiyah, karakter yang berakhlak bagi dosen-dosen, mahasiswa-mahasiswi, staff-staff, dan karyawan-karyawati yang berada di lingkungan kampus. Waktu yang kajian tersebut biasanya selepas shalat Zuhur atau sehabis Ashar, jeda waktu pembelajaran di kampus.
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H