Mohon tunggu...
Sayyid Yusuf Aidid
Sayyid Yusuf Aidid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ

Saya adalah seorang dosen agama yang moderat yang suka membaca dan menulis. Genre bacaan saya yaitu religi dan tasawuf. Adapun saya mengajar Agama Islam di Universitas Indonesia dan Politeknik Negeri Jakarta. Link : www.yusufaidid.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Majelis Taklim Sebagai Sarana Penghilang Kepenatan Masyarakat Urban

13 Juni 2023   20:50 Diperbarui: 13 Juni 2023   21:07 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Majelis taklim, sarana mencari ilmu agama yang masih bertahan sampai saat ini. Terutama sarana tersebut menjadi komoditas masyarakat urban yang jenuh dengan aktivitas sehari-hari. Penat dan capek hilang ketika seseorang yang mengikuti kajian-kajian yang ada di dalam majelis tersebut. Mulai dari kajian fiqih, muamalah, dan tasawuf sebagai bidang-bidang yang dibahas oleh mualim, kyai,  habaib, cendikiawan muslim di majelis yang penuh barakah tersebut.

Waktu majelis taklim yang ada di lingkungan sosial biasanya selepas sholat Subuh, setelah sholat Maghrib, dan bakda shalat Isya. Sebab di waktu-waktu tersebut tidak mengganggu aktivitas manusia. Sehingga banyak jamaah yang mengikuti dalam kegiatan yang diisi oleh ilmu-ilmunya Allah SWT. Adapun tempat-tempat majelis taklim tampak di masjid, mushola, dan rumah-rumah pribadi. Namun seiring jalannya waktu, sebagian kantor-kantor di Jakarta mengadakan majelis taklim dengan nama lain kajian-kajian keislaman. Biasanya kajian tersebut diadakan sehabis shalat Zuhur, jam istirahat kerja.

Kajian-kajian keislaman di perusahaan, kantor ataupun tempat usaha lainnya adalah sarana efektif bagi orang-orang yang sibuk di tempat kerjanya. Di sisi lain, sarana tersebut sebagai pengingat mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya. Kajian-kajian yang digandrungi kurang lebih sama dengan majelis-majelis taklim yang ada di lingkungan masyarakat. Bedanya kajian-kajian di kantor bersifat tematik, kajian berdasarkan tema-tema keislaman. Namun sebagai pengisi kajian tersebut haruslah ustadz-ustadz yang bersanad, berlisensi keguruannya yang bersambung hingga Rasulullah.

Biasanya dari aktivitas kajian-kajian keislaman yang berjalan di kantor-kantor akan menjadi komunitas dengan membuat grup di Whatsapp atau media lainnya. Hal itu sebagai komunitas komunikasi yang membagikan informasi dan pengetahuan tentang materi-materi praktis ibadah, kisah-kisah teladan, dan motivasi-motivasi hidup. Tentu dalam komunitas ini sebaik mungkin menghindarkan berita-berita politik, jika tidak komunitas tersebut sama dengan komunitas-komunitas lainnya.

Kajian-kajian keislaman juga hadir di tengah-tengah civitas akademika di universitas-universitas. Biasanya kegiatan tersebut terpusat di masjid-masjid kampus. Kehadirannya membawa dampak yang signifikan untuk membentuk karakter nabawiyah, karakter yang berakhlak bagi dosen-dosen, mahasiswa-mahasiswi, staff-staff, dan karyawan-karyawati yang berada di lingkungan kampus. Waktu yang kajian tersebut biasanya selepas shalat Zuhur atau sehabis Ashar, jeda waktu pembelajaran di kampus.

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun