Mohon tunggu...
sayyidatul mafhumah
sayyidatul mafhumah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Biologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Paradigma Integrasi Akuntansi dan Ilmu Sosial Humaniora : Membumikan Nilai-Nilai Spiritual dalam Keuangan

13 Desember 2024   20:05 Diperbarui: 13 Desember 2024   20:49 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : radarsolo.jawapos.com ) 

Dimensi Irfani

1. Akuntansi dengan Kesadaran Spiritual

Di luar aspek teknis dan praktis, akuntansi juga memiliki dimensi spiritual yang dalam. Dalam pandangan irfani, seseorang memahami bahwa harta yang dimilikinya adalah amanah dari Allah. Kesadaran ini mendorong individu atau perusahaan untuk menjalankan kewajiban sosial dengan hati yang ikhlas.

2. Kesadaran Batin tentang Kepemilikan Harta sebagai Amanah dari Allah SWT

Seseorang menyadari bahwa harta yang dimilikinya bukanlah miliknya secara mutlak, melainkan titipan dari Allah. Oleh karena itu, melalui penyisihan zakat dan sedekah, pemilik harta memahami bahwa sebagian dari hartanya adalah hak orang lain. Meskipun harta tersebut disalurkan melalui bank, kesadaran batiniah yang dalam akan amanah ini membuat seseorang merasa bahwa pengeluarannya adalah bentuk penghambaan dan ketaatan kepada Allah.

3. Memahami Bank sebagai Perantara dalam Mensucikan Harta

Secara irfani, bank atau lembaga keuangan bisa dipahami sebagai sarana yang diciptakan Allah untuk memudahkan penyaluran zakat dan sedekah secara efisien kepada yang membutuhkan. Dalam praktiknya, perusahaan yang menerapkan prinsip ini tidak hanya meraih keuntungan finansial, tetapi juga membangun hubungan yang lebih baik dengan masyarakat dan lingkungan. Sementara itu, individu yang mengelola hartanya dengan prinsip ini akan merasa lebih tenang, karena menyadari bahwa hartanya telah digunakan untuk kebaikan.

Akuntansi yang berlandaskan nilai-nilai sosial dan spiritual bukan sekadar alat hitung, tetapi juga cerminan kebajikan dan iman. Dengan mengintegrasikan dimensi bayani, burhani, dan irfani, akuntansi menjadi cabang untuk mewujudkan kehidupan yang lebih berkeadilan dan bermakna. Melalui penerapan paradigma ini, dunia bisnis dapat menjadi instrumen perubahan yang membawa keberkahan, bukan hanya bagi pemilik modal, tetapi juga bagi masyarakat luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun