Mohon tunggu...
Sayyida Navisa
Sayyida Navisa Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

LGBT? Benarkah Bawaan dari Genetik?

5 Januari 2023   18:31 Diperbarui: 5 Januari 2023   19:15 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isu LGBT (lesby, gay, biseksual, transgender) kian hari kian marak diperbincangkan dan merupakan isu yang sangat kontroversial. Dewasa ini, isu LGBT sudah merebak ke seluruh dunia bahkan sudah ada beberapa negara liberal yang mendukung fenomena ini. Meskipun demikian, LGBT tetap tidak dapat diterima dikalangan kaum mayoritas.

Lalu, benarkah LGBT ini merupakan bawaan genetik?

Genetik merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya penyimpangan seksual pada individu. Hal ini disebabkan oleh tidak seimbangnya hormon didalam tubuh serta kelebihan kromosom didalam tubuh individu. Seperti pada laki laki normalnya ialah XY dan perempuan yaitu XX. Namun, pada realitanya dapat ditemukan bahwa seorang laki laki memiliki kromosom XXY sehingga terjadilah penyimpangan.

Namun demikian, genetik tetap tidak bisa dijadikan sebagai patokan untuk memprediksi bahwa seseorang akan menjadi LGBT atau tidak. Seperti yang dikatakan oleh Brendan Zietsch seorang penulis studi dan peneliti genetika di University Of Queensland , "orientasi seksual bisa dipengaruhi oleh banyak gen, tapi tidak ditentukan oleh satu gen. Ada faktor non genetik yang lebih penting" jelasnya, dilansir dari media online CNN Indonesia.

Faktor non genetik yang dimaksud dapat berupa faktor lingkungan, keluarga dan pola asuh.

Menurut Sigmun Freud didalam buku Teori Praktek Konseling Dan Psikoterapi (Gerald Corey, 2013) menyatakan bahwa ada beberapa fase perkembangan awal yang harus diselesaikan pada masa usia 1-5 tahun. Apabila fase awal tersebut tidak terselesaikan dengan baik maka dapat memungkinkan terjadinya penyimpangan seksual pada individu. Adapun fase yang dimaksud yaitu:

  • Fase Oral: mengacu kepada memperoleh rasa percaya yakni percaya kepada orang lain, kepada dunia, dan kepada diri sendiri.
  • Fase Anal: memperoleh rasa memiliki kekuatan, kemandirian, dan menerima perasaan-perasaan negatif.
  • Fase Falik: belajar menerima perasaan perasaan seksual sebagai hal alamiah dan memandang tubuhnya sendiri secara sehat.

Dapat disimpulkan bahwa, LGBT dapat disebabkan oleh ketidakberhasilan seseorang dalam melewati perkembangan perkembangan awal pada masa kanak kanak. Hal ini dikarenakan pengalaman pengalam pada masa kanak kanak sangat mempengaruhi orientasi seksual pada masa dewasa. Teori menurut Sigmund Freud ini lebih mengacu kepada pola asuh dan perkembangan pada masa kanak kanak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun