Chapter 2 : Kisah Rai Mahdi
Hari ini, adalah awal penciptaan api. Sang api pun tidak mengetahui bahwa dia merupakan efek supernova dan big-bang di masa lalu. Dia hanya mengetahui dan turut merasakan panasnya melahirkan Azajil, putra mahkota kerajaan kepintaran. Besar harapan sang bunda Api agar Azajil berani dan berhasil memimpin masa depan semesta raya dengan segala daya upaya kekuatan apinya. Sang Azajil mampu menerangi, sekaligus mengobarkan semangat semesta agar berbhakti pada Sang Khalik, pencipta alam semesta.
Kepintaran Azajil sebagai karunia Al Khalik adalah takdirnya untuk keseimbangan alam raya pada zamannya, era supernova, pasca big-bang. Kepintarannya mampu menjangkau arus gravitasi antar planet dalam sebuah galaksi, utamanya di galaksi bimasakti di mana bumi menjadi anak emas kehidupan pada zaman supernova ini. Zaman pasca big-bang ini disebut sebagai era supernova karena masih banyak ledakan-ledakan bintang yang bertabrakan satu sama lain untuk menguasai orbitnya, sama halnya peperangan manusia untuk menguasai singgasana kebijakan dan kewenangan dalam sebuah wilayah kekuasaan. Inilah era supernova, sejatinya perang bintang hingga terbitlah penguasa tunggal bagi galaksi bimasakti, sang surya, matahari yang menjadi raja bintang bagi bumi dan segenap planet yang dikuasainya.
Tibalah masa penciptaan manusia, era supernova berlalu menjadi era galaktika. Sang pencipta, Al Khalik menyampaikan firman-Nya pada semesta alam, segala puji bagi Al Khalik sang pencipta semesta alam. "Aku akan menciptakan Al Insan sebagai makhluk yang akan memimpin di planet bumi." Demikian firman Al Khalik, sehingga alam semesta mengheningkan cipta dalam sejenak. Para malaikha yang tak terhingga jumlahnya pun sejenak menghentikan tasbih dan puja-pujinya pada sang pencipta, mereka bertafakur atas rencana Al Khalik yang akan menciptakan konten baru di jagad raya. Hingga akhirnya, para malaikha pun kembali memuja dan memuji ilahi, Al Khalik sang pencipta.
Sepenim teh sejenak dalam keheningan dan di sela bisik puja-puji para malaikha, tiba-tiba Azajil menyampaikan aspirasi pribadinya sebagai pengatur arus gravitasi semesta di era supernova sehingga bintang-bintang menemukan orbitnya masing-masing hingga akhir zamannya. "Wahai, Al Khalik yang agung. Mohon izin menyampaikan, tidak aku mampu mengatur dan memimpin di bumi dan galaksi bima sakti, semua saudara satu speciesku pun akan mampu mengatur daya dan arus gravitasi pada galaksi lainnya. Kenapakah engkau harus menciptakan manusia? Bukankah sudah dikabarkan pada semesta raya sejak zaman big-bang, bahwa akan ada makhluk di masa depan yang akan membuat kerusakan di planet bumi yang akhirnya akan mengganggu order bagi semesta. Apakah chaos nanti Engkau yang maha agung yang merencanakan? Bukan kah engkau maha pengasih lagi maha penyayang?" Begitulah Sang Azajil menyampaikan aspirasinya kepada Sang Khalik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H