Buku fiksi memiliki peran penting dalam mengembangkan imajinasi, kreativitas, dan kemampuan bahasa anak sekolah dasar. Melalui cerita, anak-anak belajar nilai-nilai moral seperti kerja sama, kejujuran, dan empati. Membaca fiksi juga memperkaya kosakata dan struktur kalimat, mendukung literasi mereka. Selain itu, buku fiksi menjadi hiburan sehat yang mengurangi stres dan membangun karakter. Penting bagi orang tua dan guru untuk mendorong kebiasaan membaca fiksi sejak dini demi membentuk generasi cinta literasi.
Pada hari Kamis, tanggal 12 Desember 2024 saya Sayyidah Fitra bersama dengan teman kelas PGMI Universitas Islam Malang melakukan kunjungan di Perpustakaan Kota Malang, hal ini sejalan dengan mata pelajaran yang sedang kami tempuh pada semester 7 yaitu Apresiasi Sastra Anak, dengan tujuan melakukan observasi atau pengamatan buku anak yang berada di ruang baca anak lantai 1 Perpustakaan Kota Malang. Kami mendapatkan tugas untuk menganalisis buku cerita anak. Tujuan dari tugas yang diberikan ini adalah untuk menggali lebih dalam nilai-nilai edukatif, estetis, dan moral yang ada dalam buku-buku tersebut, termasuk analisis karakter tokoh dan kecocokan isi dengan usia pembaca.
Saya menganalisis 3 buku cerita fiksi anak yang menarik menurut saya, yaitu:
"Lutung dan Putri Raja" karya Renny Yaniar. Cerita rakyat ini mengajarkan nilai persahabatan, keberanian, dan penghargaan terhadap alam. Dengan ilustrasi menarik dan berwarna-warni, cerita ini cocok untuk anak usia 4-8 tahun. Tokoh protagonisnya adalah Lutung dan Putri Raja, sementara pesan moralnya berkisar pada pentingnya kerja sama dan keberanian dalam menghadapi tantangan. Buku ini membawa anak-anak ke dunia fantasi yang menyenangkan, sekaligus penuh dengan pembelajaran. Dengan gaya penceritaan yang sederhana, anak-anak dapat memahami nilai-nilai positif dengan mudah.
"Alfil Naik Kereta Api" karya Orin. Cerita ini menggambarkan pengalaman perjalanan Alfil yang bertemu teman baru, Bigi, di dalam kereta. Kisah ini mengajarkan nilai kebersamaan dan pentingnya berbagi. Buku ini menarik dengan ilustrasi sederhana dan penuh warna, cocok untuk anak usia 3-6 tahun. Tokoh protagonisnya adalah Alfil, tanpa kehadiran antagonis. Cerita ini juga memperkenalkan anak-anak pada pengalaman baru yang penuh makna. Petualangan Alfil memberikan kesan mendalam tentang pentingnya berteman di mana saja.
"Ketika Ibu Ganti Kulit" karya Irmayana. Dongeng tentang ular cincin emas ini memperkenalkan anak-anak pada fakta ilmiah seperti siklus hidup hewan dan proses alami pergantian kulit. Cerita ini juga mengajarkan tentang perubahan dan penerimaan terhadapnya, disajikan dengan ilustrasi yang ramah anak. Cocok untuk usia 4-7 tahun, protagonis cerita adalah ular itu sendiri. Buku ini membantu anak memahami bahwa perubahan adalah bagian dari kehidupan. Selain itu, kisah ini juga mengajarkan pentingnya menghormati dan memahami alam sekitar.
Ketiga buku ini memiliki cerita yang unik dan mendidik untuk anak-anak. Dengan gambar menarik dan bahasa yang mudah dipahami, buku-buku ini tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan pelajaran tentang persahabatan, keberanian, dan menghormati alam. Cerita-cerita ini membantu anak-anak belajar sambil menikmati pengalaman membaca yang seru. Pengamatan di Perpustakaan Kota saat itu juga sangat menyenangkan dan menambah pengalam baru untuk saya, membaca beberapa buku fiksi/ buku cerita anak juga menambah pengetahuan bagi saya khususnya terkait apresiasi sastra anak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI