Mohon tunggu...
Sayyida AuliaRahma
Sayyida AuliaRahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Saya seorang mahasiswa yang memiliki minat mendalam pada dunia kepenulisan, kejurnalistikan, dan desain. Menulis adalah cara saya menyuarakan pikiran dan berbagi cerita, sementara desain menjadi media saya untuk mengemas ide-ide tersebut dengan visual yang menarik. Saya percaya bahwa setiap kata memiliki kekuatan untuk menginspirasi, dan setiap desain mampu menyampaikan pesan tanpa batasan bahasa. Di blog ini, saya akan berbagi pemikiran, pengalaman, dan karya-karya yang lahir dari passion saya. Selamat datang dan semoga tulisan di sini dapat memberikan inspirasi, wawasan, atau sekadar hiburan bagi kamu! 😊

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gen Z dan Algoritma : Siapa yang Mengontrol Siapa?

21 Desember 2024   11:45 Diperbarui: 21 Desember 2024   11:50 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa SMA dan guru laki-laki learing pemrograman.Sumber ilustrasi: https://www.istockphoto.com

Di era digital, algoritma adalah penggerak utama di balik platform yang digunakan sehari-hari oleh Gen Z. Dari media sosial hingga layanan streaming, mereka hidup di dunia yang dirancang untuk memahami dan memengaruhi kebiasaan pengguna. Tapi, pertanyaannya tetap: apakah Gen Z memanfaatkan algoritma, atau malah menjadi produk dari algoritma itu sendiri?

Hidup di Bawah Bayang-Bayang Algoritma

Algoritma bekerja secara pintar, menyajikan konten berdasarkan kebiasaan dan preferensi pengguna. Misalnya, video TikTok yang muncul atau rekomendasi belanja online, semua dirancang agar pengguna terus terlibat. Namun, kenyamanan ini sering kali membuat Gen Z tanpa sadar masuk ke dalam filter bubble, ruang yang membatasi sudut pandang mereka hanya pada hal-hal yang dianggap "relevan".

Budaya FOMO (fear of missing out) juga diperparah oleh algoritma. Feed yang terus diperbarui menciptakan tekanan untuk selalu terhubung dan mengikuti tren, yang berdampak pada kesehatan mental dan produktivitas mereka.

Mengambil Kendali

Sebagai generasi yang kritis dan kreatif, Gen Z memiliki peluang besar untuk mengendalikan algoritma, bukan sebaliknya. Dengan memahami cara kerja platform digital, mereka dapat memilih konten yang membangun, mengatur batas waktu penggunaan media sosial, dan menghindari jebakan algoritma yang manipulatif.

Langkah lainnya adalah memanfaatkan teknologi untuk hal positif, seperti belajar atau membangun koneksi yang bermakna. Pendidikan literasi digital juga menjadi senjata penting untuk melawan pengaruh algoritma yang terlalu mendominasi.

Masa Depan di Tangan Gen Z

Pertarungan ini tidak tentang siapa yang lebih kuat, tetapi tentang kesadaran. Jika Gen Z mampu memahami dan memanfaatkan algoritma dengan bijak, mereka dapat menjadi generasi yang bukan hanya pengguna, tetapi juga pemimpin dalam dunia digital.

Jadi, siapa yang sebenarnya mengontrol? Anda, atau algoritma? Pilihannya ada di tangan Anda.

Referensi :

Noble, S. U. (2018). Algorithms of Oppression: How Search Engines Reinforce Racism. NYU Press.https://psycnet.apa.org/record/2018-08016-000

Pariser, E. (2011). The Filter Bubble: What the Internet Is Hiding from You. Penguin Press. https://escholarship.org/content/qt8w7105jp/qt8w7105jp.pdf?t=mhzvpm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun