Hari ini saya lagi-lagi menonton film india yg anti mainstream juga, judulnya Dangal. Dibintangi oleh aktor kawakan Amir Khan. Didukung oleh aktris muda pendatang baru yg sangat cantik tapi berpenampilan tomboy. Sebagai aktris pendatang baru, saya sangat mengapresiasi aktingnya tergolong sangat bagus. Film ini bergenre laga yg menampilkan bela diri gulat.
Amir Khan yg berperan sebagai seorang bapak yg memiliki 4 orang anak. Dia punya mimpi yg tidak kesampaian, yaitu menjadi juara gulat internasional. Apalah daya, tatkala dia menginginkan anaknya yg melanjutkan impiannya, ehh.. ternyata anaknya perempuan semua.
Hebatnya, walaupun anaknya perempuan semua, ternyata mereka mewarisi bakat orang tuanya untuk menjadi seorang pegulat. Hal ini terbukti ketika mereka menghajar anak muda yg mencoba mengganggu mereka. Padahal mereka belum juga belajar ilmu gulat.
Warisan ? Ya, inilah judul tulisan Adek Afi Nihaya yg lagi viral itu. Sangking viralnya sampai-sampai adek kita ini menjadi pembicara di beberapa forum seminar, bahkan sampai diundang oleh Pak Presiden kita.
Film Dangal ini sepertinya mendukung teorinya dek Afi tentang warisan orang tua. Salah satu warisan orang tua dalam konteks tulisan dek Afi yaitu warisan agama. Artinya, orang tua mewariskan agama kepada anaknya, sehinggal si anak tidak bisa memilih agamanya sendiri. Yaa karena warisan.. mirip-mirip paham Jabariyah ya ?
Meminjam teori bapak Psikoanalisis, Sigmund Freud, bahwa tindakan manusia secara tidak disadari adalah merupakan dorongan-dorongan alam bawah sadar, termasuk di antara di dalam beragama. Secara tidak sadar setiap manusia akan mengikuti agama orang tuanya. Jadi tidak ada pilihan.Â
Teori Sigmun Freud ini mungkin yg dipakai oleh Dek Afi Nihaya untuk mendukung tulisan "Warisan"nya. Hebat juga ya dek Afi ini, 18 tahun sudah kenal dengan Sigmund Freud, bahkan dalam talkshaw-nya di Kompas TV, dia mengaku sudah membaca bukunya Sigmund Freud sejak masih SMP. Subhanallah.
Awalnya saya membenarkan teori ini, apalagi didukung dengan film Dangal itu tadi. Tapi semakin ke sini saya menonton film tersebut, ternyata terbantahkan juga teori dek Afi ini. Setiap anak ternyata bisa memilih dengan bebas tindakannya. Lingkungan telah membentuk karakter si anak. Bahkan dia berani melawan bapaknya. Bapaknya yg membesarkannya dengan segala tehnik gulat yg dikuasainya ternyata dikalahkan oleh si anak yg belajar tehnik gulat melalui pelatih internasionalnya.
Tentunya saya tidak akan membantah sebuah teori dengan film, tapi setidaknya tulisan dek Afi tentang warisan ini bukanlah sesuatu yg baru dan brilliant. Biasa saja.. Iman adalah pilihan, jelas sekali disebutkan "Wa qulil haqqu mirrabbikum, faman sya-a fal yu'min, waman sya-a falyakfur". Dan katakanlah (wahai Muhammad) kebenaran itu datang dari Rabbmu, maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah dia beriman dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah dia kafir. (Q.S al Kahfi 29).
Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H