Hari ini saya menonton film Drishyam yg dibintangi oleh Ajay Devgn yg berperan sebagai Vijay. Untuk ukuran film india, tanpa ada jogetan dan tarian, saya rasa ini film anti mainstream sekali. Keren pokoknya.
Film yg sangat bagus. Mengisahkan satu keluarga sederhana, suaminya yang hanya berpendidikan SD pun tidak tamat. Tapi dia banyak belajar dari sebuah film, karena dia tidak pernah melewatkan satu film pun untuk ditontonnya di TV.
Awal bencana keluarga Vijay terjadi ketika anak gadisnya yg pertama mengikuti kegiatan perkemahan, lalu seorang pemuda merekamnya ketika mandi. Lalu rekaman tersebut, pemuda itu jadikan alat untuk menghancurkan keluarga tersebut. Dengan tanpa sengaja, alih-alih menghancurkan rekaman di HP si pemuda, anak gadisnya itu membunuh pemuda tersebut. Kemudian mayatnya disembunyikan di pekarangan rumah.
Nah, untuk menghilangkan jejak, Vijay membuang HP dan mobil si pemuda tersebut. Lalu ia buat seoalah-olah dia sedang berlibur pada hari pembunuhan tersebut. Tak disangka ternyata ada salah seorang polisi yang mengetahui Vijay ketika sedang akan menghilangkan barang bukti. Dan parahnya, si pemuda yg terbunuh ini adalah anak dari Inspektur Jenderal di kota setempat.
Publik percaya bahwa keluarga Vijay adalah keluarga baik-baik karena selama ini selalu berbuat baik bak malaikat. Namun, kejahatan tetaplah kejahatan. Polisi meyakini bahwa Vijay melakukan kejahatan. Tapi dengan kecerdasan dan kelicikan Vijay mampu menghindar dari penyidikan polisi. Segala upaya dilakukan. Polisi yg putus asa, akhirnya melakukan cara-cara kekerasan untuk memaksa keluarga Vijay untuk mengakui perbuatannya.
Puncaknya, karena beratnya penyiksaan, si anak mengakui bahwa ia menyembunyikan mayat di pekarangan rumah. Warga dan polisi bergegas melakukan pembongkaran kuburan. Duss... ternyata mayat tersebut telah diganti bangkai anjing oleh Vijay, publik akhirnya marah dengan polisi. Inspektur Jenderal yg memimpin operasi ini akhirnya dipecat dari jabatannya karena dituduh menyiksa keluarga Vijay. Â
Kejahatan adalah kejahatan. Tapi dalam konteks film ini, tidak ada kejahatan yg benar-benar jahat. Bahkan kita dihadapkan dengan kebingungan, siapa yg jahat sebenarnya ? Keluarga Vijay yg telah menghilangkan nyawa si pemuda, atau polisi yg telah menyiksa keluarga Vijay ?
Tentu di sinilah kita terkadang tidak bisa memandang kesalahan itu mutlak salah. Termasuk di dalam hidup, kita tidak bisa menyederhanakan benar-salah, hitam-putih, mukmin-kafir, baik-buruk.
Termasuk dalam kehidupan beragama. Kita terkadang melihat orang yg berbuat salah sekali, langsung kita vonis orang tersebut buruk, jahat, munafik, bahkan kafir. Sebaliknya, seseorang itu selalu berbuat baik, maka kesalahan yg dia lakukan selalu dibenarkan.
"Maa laa yudraku kulluh, walaa yutraku kulluh"... apa yg tidak kita ambil semua maka jangan kita tinggalkan semua. Begitulah kaidah fiqih yg bisa kita ambil.
Sikap antipati terhadap seseorang atau kelompok terkadang menutup hari kita dari kebaikannya. Setiap yg kita benci, bukan berarti selamanya itu keburukan, karena bisa jadi hati kita yg buruk. So... kejahatan tidak selamanya bisa dipandang menjadi kejahatan, dan kebaikan tidak selamanya dinilai sebagai kebaikan. Ada wilayah abu-abu di antara keduanya, dan hati yg jernih yg bisa menilainya. Sekiranya hati kita kotor, maka selamanya kita akan menganggap kebaikan jadi keburukan, kebaikan menjadi kejahatan.