Mohon tunggu...
Amrullah Husein
Amrullah Husein Mohon Tunggu... -

Mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung

Selanjutnya

Tutup

Politik

Benci dan Cinta

13 Juli 2017   11:01 Diperbarui: 13 Juli 2017   11:11 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini saya membaca tulisan yg mengutip perkataan Gus Mus (Mustofa Bisri: Mustasyar PBNU), "Manusia tidak adil karena benci dan cinta".

Saya pribadi tak luput dari sindiran Gus Mus. Beliau mengatakan bahwa, "Anda kalau terlalu benci, Anda tidak bisa adil. Anda terlalu cinta, tidak bisa adil. Karena adil itu di tengah,". Benar atau tidak perkataan ini kembali ke masing-masing diri kita. Sekiranya kita mau merenungkan perkataan beliau, sebagai bahan introspeksi bagi diri kita, sangat jelas bahwa kadang kita tidak bisa berlaku adil karena adanya rasa benci atau cinta yg berlebihan.

Padahal terang sudah Al-Qur'an memerintahankan kepada kita agar kebencian tidak menyebabkan kita berlaku tidak adil. Baik itu kepada sesama muslim atau orang kafir.

Kecintaan kita kepada agama terkadang membuat kita tidak adil kepada pemeluk agama lain. Kecintaan kita pada kelompok juga membuat kita membenci kelompok lain. Belum lagi pada persoalan yg bersifat personal.

Beragama itu bukan soal benar-salah, haram-halal, mukmin-kafir. Beragama adalah ekspresi ketaatan kita kepada Allah SWT yg diejawantahkan pada kehidupan sehari-hari. Jadi, beragama bukan soal urusan kita dengan Tuhan saja, tapi juga hubungan sosial dengan masyarakat. Rasulullah SAW sudah jelas mengatakan, "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yg baik", jadi intinya adalah akhlak. Lalu bagaimana jika beragama tapi menebar kebencian ? Nahh.. inilah yg jadi persoalan. Kecintaan kita berlebihan memumculkan kebencian yg berlebihan pula. Kalau sudah benci dan cinta yg berlebihan maka menutup hati soal keadilan.

Termasuk pada orang yg berseberangan pandangan politiknya dengan kita, dg mudahnya kita melabelkan kafir atau munafik. Seoalah kita ini yg paling beriman. Sehingga apa yg muncul dari lawan politiknya adalah kemungkaran semua. Adilkah kita menyematkan label kafir atau munafik untuk orang yg masih menjalankan ibadah formal ? Berbuat tidak adil kepada kafir saja dilarang, apalagi kepada sesama muslim ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun