[caption id="attachment_206325" align="aligncenter" width="500" caption="admin/ilustrasi (shutterstock)"][/caption]
PSG melakukan transfer fantastis di bursa transer kali ini. Tidak tanggung-tanggung, Les Perisiens memboyong bintang-bintang asal Serie A seperti Lavezzi, Ibrahimovic dan Thiago Silva. PSG juga berhasil merekrut bintang muda Lucas Moura dan Marco Verrati. Jumlah transfer fantastis tersebut menyentuh angka 105 juta Euro. Angka yang sangat besar. Yang menjadi pendorongnya adalah kegagalan klub ini menjuarai Liga Prancis musim lalu.
Transfer fantastis di musim lalu tidak mendatangkan satu trofi pun untuk mereka. Salvatore Sirigu, Javier Pastore, Jeremy Menez, Kevin Gameiro dan Thiago Motta gagal mengangkat performa PSG. Yang menarik adalah, tim yang menjuarai Ligue 1 adalah justru tim tidak pernah diprediksi untuk menjadi juara sebelumnya, Montpellier HSC. Ini menunjukkan kekuatan uang tidak selalu membuktikan kesukesan.
Begitupun yang terjadi di Liga Inggris. Chelsea yang melakukan revolusi di bawah Roman Abramovich  gagal dalam tahun pertamanya dan hanya bisa menempati peringkat kedua Liga. Di bawah kepemimpinan Jose Mourinho, Chelsea menjelma menjadi sejarah baru sepakbola Inggris. Hal yang sama terjadi juga untuk si tetangga berisik Manchester City. The Citizen bahkan harus "membuang-buang" uang selama tiga tahun untuk mengangkat trofi Liga Inggris.
Sepakbola bukan melulu soal uang, juga bukan melulu soal pembelian pemain fantastis demi memperkuat tim. Sejarah sudah membuktikan, tim yang menghamburkan uang belum tentu sukses di tahun pertamanya. Jangan lupakan masalah krisis Eropa yang belum tuntas.
Financial Fair Play
UEFA telah membuat suatu ide brilian. Solusinya adalah financial fair play. Aturan ini akan diberlakukan demi menjaga iklim kompetisi yang lebih baik, Â juga menjaga kondisi keuangan tim yang semakin memburuk setiap tahun. Belum lagi, ditambah krisis Eropa yang belum juga sembuh. Aturan ini harus dijalankan demi Sepakbola yang lebih baik.
Pelatih Arsene Wenger bahkan mengecam transfer gila-gilaan ini. Menurutnya, klub-klub sepakbola seharusnya mengencangkan ikat pinggang dan menyusun neraca keuangan yang lebih sehat. Ini terkait dengan krisis  Eropa.
Akademi Sepakbola
Ada satu solusi yang bisa menjadi masalah "ketikadilan" ini. Tidak semua tim memiliki uang dengan jumlah tak terbatas seperti Chelsea, City atau PSG. Namun bukan berarti tim-tim lain harus takut menghadapi kompetisi. Barcelona sukses menelurkan pemain-pemain bertalenta brilian dari akademi La Masia, MU juga berhasil menelorkan pemain-pemain berbakat, Ajax juga selalu berhasil menghasilkan bakat-bakat berkualitas yang membuat ngiler setiap tim di Eropa.
Uang tidak bisa membeli keindahan sepakbola. Uang tidak bisa membeli trofi Liga atau Kejuaraan. Semoga aturan Financial Fair Play diterapkan dalam waktu dekat, agar kompetisi bisa berjalan lebih seimbang. Jangan juga lupakan membangun akademi sepakbola yang menghasilkan bakat besar. Sepakbola bukan hanya perekrutan fantastis, tetapi juga sportivitas. Â Kebijakan "instan" jangka pendek tidak akan menghasilkan kesuksesan dalam sekejap.