Mohon tunggu...
Rasyid Sayyari
Rasyid Sayyari Mohon Tunggu... Musisi - Musisi

https://open.spotify.com/artist/6LzwX8hJ1v0i4he5aiHc7O?si=dgmFzPdySY2lN2EEXvNmbA

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jangan Terlalu Bangga

31 Oktober 2012   13:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:09 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini tentang anak-anak yang bangga dengan apa yang mereka punya. Fasilitas, kendaraan ataupun barang lainnya. Sesungguhnya, tak ada yang milik mereka. Segala barang itu adalah hasil kerja keras orang tua.

Harta hasil usaha orang tua

Harta tersebut adalah hasil jerih payah orang tua. Orang tua pasti sayang kepada anaknya, makanya mereka pasti membelikan dan memberikannya pada anak sebagai wujud kasih sayang mereka. Memang, kasih sayang tak hanya bisa dilihat dari yang kasat mata, namun juga yang tersirat seperti kasih sayang dan perhatian.

Hidup ini keras

Hidup ini keras. Tak ada yang menjalani hidup dengan mudah. Cari uang itu susahnya minta ampun. Kita bisa tanya pada para pekerja. Di lapangan usaha manapun, cari uang itu tidak pernah mudah. Selalu ada pengorbanan dan rintangan.

Saya teringat pengalaman pribadi saat saya berpartisipasi dalam acara kampus. Di kepanitiaan itu, tim dana usaha dan sponsorship begitu bekerja keras demi mendapatkan dana. Ya, dana adalah urat nadi, dana adalah darah. Tanpa dana, acara tak dapat terlaksana.

Mencari dana untuk membuat sbuah acara hanya menjadi contoh kecil. Orang tua? Setiap hari membanting tulang menghidupi anak-anaknya. Apakah pantas seorang anak membanggakan apa yang bukan miliknya? Sebaiknya anak berpikir (dan diajarkan), apa yang orang tua berikan itu bukan hadiah. Tapi penyemangat agar anak bisa tumbuh dan berkembang.

Misalnya orang tua membelikan anaknya sepeda motor. Anak harus tahu, bahwa motor bukanlah barang yang murah. Perlu kerja keras bertahun-tahun untuk menabung atau mencicil kredit sepeda motor. Belum lagi ponsel, apalagi mobil.

Apa yang anak miliki, sebagian besar didapatkan dari orang tua. Makanya, orang tua perlu mengajarkan anak menabung. Dari hasil tabungannya, anak membeli barang yang diinginkannya. Ini bisa menjadi pendidikan finansial yang baik untuk anak, sekaligus mengajarkan anak untuk "berproses". Karena kehidupan ke depan akan lebih keras. Tak ada yang memberikan uang secara cuma-cuma. Harus kerja keras demi hidup.

Terimakasih telah membaca
Selamat malam dan salam semangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun