Setiap memiliki konsep idealnya masing-masing. Hal ideal ini bisa berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Perbedaan persepsi dan pandangan akan hal ideal tidak bisa dipungkiri. Ia akan ada secara alami seiring dengan jumlah manusia yang sangat banyak.
Ketika kita menghadapi realita (baca : dunia yang sebenarnya), kita akan melihat banyak hal (hampir semua hal) tidak sesuai seperti yang kita inginkan. Tidak sama seperti persepsi ideal yang kita kira. Ya, faktanya dunia memang tak seindah dan seideal yang kita bayangkan.
Ada banyak hal yang menjadi "bukti" ketidakidealan ini. Misalnya dalam hal percintaan, seseorang pasti memiliki tipe pasangan yang ideal. Katakanlah seorang perempuan bernama Kamila yang menginginkan pasangan yang baik hati, pengertian, kaya, tampan, tidak sombong. Apakah ia akan mendapatkan pasangan seperti yang ia inginkan tersebut.
Kamila akan berhadapan dengan banyak orang, begitu juga dengan banyak laki-laki. Apakah ada laki-laki yang sesuai dengan "keinginan" dirinya? Ada, tapi tak akan sesuai seratus persen seperti keinginannya. Di dalam kondisi seperti ini Kamila punya banyak pilihan. Ia bisa. Mencari lelaki lain yang sesuai dengannya, atau menerimanya apa adanya walaupun tidak sama persis seperti yang ia inginkan.
Ini baru satu contoh. Ada banyak contoh ketidakidealan yang terjadi di sekitar kita. Contoh lain, misalnya rekan satu kelompok kerja kita. Apakah para rekan akan seasyik yang kita kira? Kenyataannya, tidak akan sama dengan yang kita bayangkan.
Dengan kondisi seperti ini, kita tidak bisa memaksakan hal yang kita anggap ideal. Kita tidak memaksakan, karena kenyataan yang ada berada di luar "kendali" kita. Ada kehendak bebas yang tidak bisa kita ganggu gugat. Keadaan di luar diri kita yang tak bisa kita ubah dan harus kita terima.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H