Mohon tunggu...
Rasyid Sayyari
Rasyid Sayyari Mohon Tunggu... Musisi - Musisi

https://open.spotify.com/artist/6LzwX8hJ1v0i4he5aiHc7O?si=dgmFzPdySY2lN2EEXvNmbA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Hiasan, Budaya Kemasan

2 Oktober 2012   01:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:23 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pakai batik? Sekarang kan lagi jadi tren. Apalagi hari ini hari batik internasional. Pasti yang enggak pake batik akan merasa enggak enak karena tidak ikut pakai batik.

Buat apa? Kalau cuma sehari pakai batik lalu keesokan harinya lupa. Jangan lupa, batik (dan budaya lainnya) bukan cuma "hiasan". Ada filosofi yang mendalam di dalamnya.

Mengapa harus ikut-kutan? Kemudian mementingkan penampilan luar? Garin Nugroho dalam sebuah Talkshow pernah berujar bahwa bangsa kita adalah bangsa yang lebih mementingkan penampilan luar. Kemasan nomor satu, esensi nomor dua. Yang penting kemasannya dulu deh, belajar budaya secara mendalam nanti aja. Yang penting gaya dulu.
Dalam sinetron-sinetron di televisi, yang penting adalah "tampang menjual aktor dan aktris". Tak peduli apakah mereka bisa berakting atau tidak. Kualitas dinomorduakan demi kemasan yang menarik.

Kalau mindsetnya seperti ini terus, kampanye batik (dan kampanye budaya lainnya) akan tidak terlalu berguna. Lihat bagaimana nasib buruh batik? Merekalah seniman dan pelestari budaya. Apakah mereka sudah bisa hidup dengan layak?
Capek, kalau kita hanya bereuforia hanya untuk hal-hal kemasan semacam ini. Membanggakan yang kita pakai tapi sebenarnya kosong di dalam.

Memang harus ada upaya penyelamatan budaya secara "keroyokan". Pemerintah harus menjamin dan mendorong lewat kebijakan, DPR membuat UU yang melindungi para seniman, media juga menampilkan kesenian lokal, dan konsumen juga akan menghargai dan mengapresiasi.

Budaya bukan cuma yang "kemasan", tapi juga yang ada di dalam. Sikap, tutur kata, perilaku juga budaya. Buat apa berbatik kalau masih menyelewengkan jabatan. Jangan lupa bahwa budaya adalah hasil cipta manusia, baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Budaya adalah cara kita bertingkah laku, bukan cuma berpakaian atau bersolek.

Yang asyik adalah kemasannya batik, perilakunya juga mengikuti. Orang Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah tamah, gotong royong dalam bekerja, tetapi sekarang perlahan berubah jadi individualis dan mementingkan diri sendiri.
Berbudaya bukan cuma ada di kemasan, tapi juga dalam seluruh aspek kehidupan. Berbudaya adalah bekerja, berbudaya adalah menghasilkan sesuatu. Berbudaya adalah berperilaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun