Mohon tunggu...
Rasyid Sayyari
Rasyid Sayyari Mohon Tunggu... Musisi - Musisi

https://open.spotify.com/artist/6LzwX8hJ1v0i4he5aiHc7O?si=dgmFzPdySY2lN2EEXvNmbA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Air dan Api Itu Bersahabat

1 Agustus 2012   11:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:21 2347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sesungguhnya, Air dan api adalah sahabat yang mesra. Kata siapa mereka bertengkar? Kata siapa mereka saling memusnahkan? Mereka adalah kekasih mesra dalam bahasa yang mungkin tidak kita mengerti.
Air akan memusnahkan api ketika ia disiramkan diatasnya. Ia masuk perlahan, ke dalam setiap partikel api, meliuk perlahan. Lalu, blas. Api itu pun pias tak bersisa.
Mereka tidak pernah bertengkar, kecuali manusia saja yang membuatnya begitu. Air yang ditaro didalam panci, takkan berguna tanpa api. Api menghangatkannya, memanaskannya, menjerangnya. Agar energi dari api bisa tersalurkan, lalu energi itu bisa kita manfaatkan dalam wujud air.
Api tidak pernah marah, ia hanya perlu mencari pelampiasannya. Bukan pada air yang menghilangkannya. Air akan menjadi berguna, setelah api menjerangnya. Menjadi uap-uap yang menaungii ketel kita.
Ketika api memanaskan air, kita bisa memanfaatkan uapnya. Manusia bisa menggerakkan mesin dari uap air. Mesin itu tidak akan bergerak tanpa ada harmoni antara air dan api. Harmoni yang akan muncul bila kita mengadakannya, dan hilang bila kita meniadakannya.
Air tidak akan menjadi makna, tanpa api. Api tidak akan menjadi makna tanpa air. Keduanya hanya perlu mencari jalan panjang. Jalan panjang menuju makna. Jalan panjang di mana keduanya menjadi tidak sia-sia.

Mengapa pula kita harus menjadi seperti api yang memberangus dan memusnahkan. Mengapa kita harus menjadi air yang bisa menyejukkan tapi juga bisa menjadi gelombang yang menghancurkan. Jika air dan api bisa merajut sebuah harmoni dalam jalan Tuhan, Mengapa kita masih berbunuh-bunuhan dan saling memangsa satu sama lain, saling berperang dan benci. Sesungguhnya kita menurunkan derajat kemanusiaan kita sendiri.

Tuhan telah mengirimkan ayatnya pada kita. Pada api yang menyala-nyala. Dalam air yang mengalir. Tuhan mengirimkan ayatNya. Mereka akan menjadi makna jika kita menjadikan mereka makna, kita menjadikan mereka musibah jika menganggap mereka musibah.

Bukankah mereka bisa menjadi makna dari sebuah proses jalan berliku menuju makna?

Mengapa manusia tidak bisa?

*tulisan ini adalah hasil merenung selagi masak air menjelang berbuka puasa.

Semoga bisa menjadi renungan bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun