Mohon tunggu...
Rasyid Sayyari
Rasyid Sayyari Mohon Tunggu... Musisi - Musisi

https://open.spotify.com/artist/6LzwX8hJ1v0i4he5aiHc7O?si=dgmFzPdySY2lN2EEXvNmbA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aku “Benci” Menulis

30 Agustus 2012   03:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:09 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_209480" align="aligncenter" width="250" caption="sumber gambar : misscareful.blogspot.com"][/caption]

"Aku sangat benci menulis. Benci. Jangan salah kaprah dulu membaca judul di atas. Benci yang saya maksud adalah benar-benar cinta. Benar-benar cinta?"

Ya, benar-benar cinta. Bagaimana menunjukkan kecintaan kita padanya? Salah satu caranya adalah terus menulis. Wujud kecintaan kita pada dunia tulis menulis adalah dengan menulis.

Ungkapan cinta tidak akan bermakna tanpa adanya sebuah bukti. Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata. Percuma kita bilang cinta kalau hanya sekadar bilang. Bilang tanpa menunjukkan tindakan dan bukti nyata. Mudah sekali bilang “ai lap yu”, tapi sulit sekali menunjukkan kecintaan kita.

Bila kita menanamkan perasaan “benci” pada menulis, niscaya akan ada manfaat yang kita dapat. Akan ada perasaan rindu bila kita tidak menggerakkan jari-jari, menuangkain isi kepala, mengungkapkan isi hati, bersuara. Kerinduan itu hanya akan terobati dengan menulis.

Bila kita menanamkan perasaan “benci”, kita akan selalu ingin bersama dia. Ingin terus mencoba untuk menulis. Walaupun sedang kering ide, kita berusaha membasahi kepala kita dengan beragam bacaan-bacaan, yang membuat kekeringan itu sirna. Walaupun kita dalam keadaan bagaimanapun, kita akan tetap berusaha menulis.

J.K Rowling, sang penulis novel Harry Potter bahkan menulis novelnya pada kertas tisu. Raditya Dika pernah bercerita dalam bukunya, betapa ia berusaha memaksa dirinya untuk menulis. Menulis di telepon genggam, di kertas, di laptop. Tujuannya, agar buku mereka selesai. Tentu ini bukan perjuangan yang mudah.

Proses jatuh cinta biasanya dimulai dari perkenalan, dilanjutkan dengan pendekatan, lalu “penembakan” dan jadian. Biasanya proses jatuh cinta ini sulit dan menantang. Tapi adalagi yang lebih menantang daripada proses jadian. Yaitu proses mempertahankan cinta.

Ketika kita sudah jatuh cinta dengan dunia kepenulisan, pasti selalu ada godaan untuk “selingkuh”. “Tidur dulu ah, malas baca ah, nonton aja ah, entar aja ah” Segala macam godaan untuk selingkuh ini menjadi tantangan. Apakah kita bisa setia? Apakah kita tergoda untuk selingkuh?

Kala kita jatuh cinta, kita tidak mau pergi darinya. Selalu ingin dekat dengan dirinya. Selalu ingin bercengkerama dengan dia. Selalu ingin ada di sampingnya. Begitupun dengan menulis, ketika kita sudah jatuh cinta padanya, kita akan selalu ingin kembali menulis dan menulis. Tidak peduli bagaimana keadaan kita.

Menutup tulisan ini. Marilah kita sebarkan perasaan “benci” pada menulis. Semoga di luar sana, ada semakin banyak yang ingin menulis. Semoga ada semakin banyak orang yang jatuh cinta dengan dunia kepenulisan.

Salam semangat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun