[caption id="attachment_209026" align="aligncenter" width="295" caption="sumber gambar : fianblog.wordpress.com"][/caption]
Membaca? Malas ah, memelototi huruf demi huruf. Menjemukan, membosank an. Lebih enak nonton televisi atau chat di facebook. Lebih enak nonton video di youtube. Daripada baca mending nonton aja deh.
Buat sebagian orang, membaca adalah kegiatan yang membosankan. Karena ia lebih suka menonton daripada membaca. Membaca dianggap sebagai kegitan yang buang waktu dan tidak menyenangkan.
Manfaat Membaca
Ada banyak manfaat dari membaca. Kata sebuah pepatah, buku adalah jendela dunia. Dengan membaca, kita tahu banyak hal. Dengan membaca kita bisa tahu apa yang terjadi di luar sana. Di tempat-tempat yang sulit kita jangkau.
Manfaat lain adalah mengasah otak, kita mencermati setiap kalimat yang disampaikan penulis. Lalu menangkap maksudnya, merekamnya dalam memori otak, atau bisa juga menuliskannya kembali dengan bahasa kita.
Dengan membaca, kita akan memperoleh pengalaman dan pelajaran dari orang lain. dengan membaca buku seseorang dapat terhindar dari kerusakan jaringan otak di masa tua. Suatu penelitian pernah menyatakan bahwa membaca buku dapat membantu seseorang untuk menumbuhkan saraf baru di otak. ( Hernowo, 2003:33).
Membaca Yang Berkualitas
Membaca yang berkualitas bukan hanya sekadar membaca deretan huruf, tetapi harus melibatkan aspek berpikir, aspek merasakan dan aspek melaksanakan apa yang dituliskan. Artinya, kita bukan sekadar membaca tapi menghayati bacaan kita.
Apabila seseorang telah banyak membaca, kiranya kurang bermakna bila ia tidak menyampaikan atau tidak mengembangkannya melalui lisan atau tulisan. Di sinilah perlu keterampilan komunikasi lisan dan tulisan untuk mengembangkan ide, pemikiran dan penemuan kepada masyarakat yang lebih luas dari generasi ke generasi.
Menulis dan Membaca
Buat seorang penulis, membaca wajib hukumnya. Bagaimana mungkin bisa menulis tanpa membaca? Menurut Om Jay, seorang penulis harus terus mengisi gelas pengetahuannya dengan berbagai bacaan. Tujuannya, meningkatkan wawasan dan meningkatkan kualitas tulisan.
Menurut Lasa HS dalam buku Gairah Menulis, menulis tanpa membaca ibarat orang buta yang berjalan. Bisa berjalan tapi tidak tahu arah dan tujuan. Sedangkan membaca tanpa menulis ibarat orang pincang. Artinya, memiliki banyak pengetahuan tapi tidak dimanfaatkan demi kepentingan banyak orang. Ilmu bisa disebarkan melalui lisan dan tulisan.
Bacaan adalah “bahan bakar” dalam menulis. Bila kita kurang membaca, maka kita juga kesulitan menulis. Bila bahan bakar kita selalu terisi penuh, kita bisa selalu memacu jari-jari kita menulis. Tanpa membaca tulisan dan karya orang lain, kita tidak bisa menghasilkan tulisan berkualitas.
Epilog
Membaca adalah kegiatan yang menyenangkan. Itulah yang harus kita tanamkan dalam diri kita. Dengan membaca banyak manfaat yang kita dapatkan. Dengan membaca, kita bisa “menjelajahi” tempat-tempat di luar jangkauan kita. Dengan membaca, seorang penulis tidak akan kehabisan ide dalam menulis.
Membaca sebaiknya menjadi bagian dari gaya hidup kita. Dengan membaca kualitas hidup kita akan menjadi lebih baik.
Sumber referensi : HS, Lasa. 2005. Gairah Menulis. Yogyakarta: Alinea.
Selamat membaca
Salam semangat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H