Kecantikan merupakan suatu hal yang mencerminkan kesempurnaaan, harmoni, dan estetika yang diangap menarik oleh sebagian besar orang. Â Kecantikan biasanya merujuk kepada seseorang wanita yang memiliki paras rupawan, kulit putih, body langsing, rambut hitam lurus, glowing dan lain sebagainya.Â
Kecantikan banyak diidamkam-idamkan oleh para kaum hawa, sehingga mereka akan melakukan segala macam cara agar dapat terlihat cantik. Hal ini tidak terlepas dari salah satu fenomena yang telah ada sejak zaman dahulu. Beauty privilege adalah contoh fenomena yang tidak asing didengar dan kerap terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
Beauty privilege dapat didefinisikan dengan hak Istimewa yang dimiliki seseorang berdasarkan penilaian kecantikan fisik mereka yang tidak hanya berlaku kepada Wanita tetapi juga pria. Fenomena ini kerap terjadi dalam berbagai lingkungan, seperti lingkungan kerja, keluarga, pertemanan hingga masyarakat. Â Beauty privilege itu benar-benar ada dan nyata.Â
Contoh yang paling sering dijumpai dari fenomena ini adalah ketika ada pengumuman lowongan pekerjaan dari suatu Perusahaan akan selalu menyertakan kriteria pelamar dengan syarat penampilan yang menarik. Seseorang yang memiliki paras cantik juga biasanya akan lebih diutamain, mudah diterima dan mendapatkan perlakuan yang berbeda dari yang lainnya.Â
Orang yang dicap good looking oleh masyarakat cenderung lebih mudah mendapat pasangan, karena dianggap memiliki daya tarik dan estetika yang lebih tinggi dan juga biasanya lewat media sosial kita dapat melihat nyata bentuk beauty privilege. Misalnya orang yang dianggap lebih cantik dan memenuhi beauty standar akan mendapat banyak likes dan komentar.
Adanya fenomena ini memberikan berbagai dampak baik itu positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah dapat memiliki lebih banyak peluang seperti dalam dunia kerja, hubungan sosial di lingkungan pertemanan hingga asmara. Namun, disisi lain hadirnya fenomena ini malahan juga memberikan dampak negatif yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari bagi orang-orang yang tidak masuk ke dalam golongan fenomena ini.Â
Contohnya adalah adanya aksi diskriminasi terhadap orang lain yang tidak memiliki paras cantik dan menyebabkan orang tersebut merasa tidak percaya diri. Tidak hanya ini saja dampak negatif dari fenomena beauty privilege namun masih banyak sekali dampak negatif lainnya seperti mengalami kecemasan sosial, ketidakpuasan dan rendah hati. Perasaan tidak layak yang memicu Kesehatan mental. Â Serta di dalam dunia kerja memungkinkan akan mengalami stereotip negatif, seperti dianggap kurang berkompeten meskipun kualitas kerja mereka tidak ada hubungannya sama sekali.
Di beberapa kesempatan dalam dunia kerja biasanya tidak ada peluang yang diberikan kepada seseorang yang dianggap tidak memiliki paras rupawan dan juga dari segi psikologis munculnya standar kecantikan itu harus tampan dan cantik.Â
Padahal sebenarnya kecantikan itu bersifat subyektif dan perlu diingat bahwa semua orang itu cantik dengan caranya masing-masing. Bahkan bagi orang yang dianggap rupawan pun akan mengalami dampak negatifnya juga dimana ketika apa yang terjadi tidak sesuai ekspektasi atau harapan orang lain yang membuatnya merasa sangat kecewa, gagal dan insecure.
"Enak yaa jadi cantik" "Pasti masalahnya sedikit" "Apa-apanya gampang" "Pasti orang cantik dibela" "Lo cantik, lo aman" kata mereka. Di beranda media sosial kalian pasti sering sekali muncul video statement tentang hal ini bukan. Eitss tapi perlu diingat tidak semua hal tentang kecantikan akan selamanya dipandang akan selalu baik-baik saja.Â
Jadi perlu diketahui bahwa sebenarnya fenomena beauty privilege lebih cenderung merugikan dibanding menguntungkan. Dimana hal ini dapat menciptakan ketidakadilan sosial dan kesempatan yang tidak merata berdasarkan penampilan fisik seseorang.Â
Jadi stop dulu berfikiran gini yaa guys. Nah untuk menyikapi fenomena ini maka dapat dilakukan beberapa cara yaitu menyadari dan meyakini bahwa beauty privilege adalah sesuatu hal yang nyata di masyarakat. Ketika kita sudah sadar akan hal itu, kita dapat melatih diri kita agar tidak selalu menilai seseorang berdasarkan steorotip dan fisik sehingga mampu untuk melihat seseorang berdasarkan sudut pandang yang lebih kritis.Â