Pagi ini dilaluinya seperti biasa, tak ada yang istimewa. Bangun tidur lalu menyeruput kopi yang telah tersedia di meja, lalu menghisap rokok. Sambil menikmati panas matahari yang mulai culas, membakar orang-orang lalu-lalang
Lelaki itu terbiasa sarapan sebelum mandi, baru berangkat kerja setelahnya. Saat duduk di meja makan, mendadak selera makannya hilang. Ia menghisap kembali rokok yang terjepit di sela-sela jarinya
Ibunya yang sudah sepuh berjalan lambat menghampiri lalu bertanya, "ndak jadi sarapan, Nak?"
"Aras-arasen, Mak!"
Seketika gurat wajah wanita itu menggariskan kekecewaan, karena anaknya menolak memakan masakannya. Si ibu berlalu meninggalkan anaknya sendirian di dapur, dengan menyuguhkan mie ayam yang sudah dihangatkan
Tidak ada jawaban dari anak laki-lakinya kecuali menggelengkan kepalanya
Padahal beliau sengaja bangun lebih pagi untuk masak meskipun hanya dengan lauk sederhana, karena geraknya terbatas, tak selincah muda dulu
Ibu pendiam itu sangat tahu betul kalau makanan favorit anaknya adalah nasi jagung, sayur lodeh, dan lauk ikan asin
Beberapa kali beliau menawarkan pada anaknya barangkali ingin dimasakkan sesuatu, dari dadar, atau lauk lainnya, hanya sekedar ingin anaknya berkenan memakan masakannya
Beberapa saat ia duduk, diam menghisap rokok favoritnya gayanya seperti Che Guevara, Ir Soekarno, Soeharto dan orang-orang hebat serta pemikir visioner di zamannya
Lelaki itu beranjak berdiri untuk mengambil sebatang rokok di ruang depan. Saat melewati ruang tengah nampak ibunya termenung entah apa yang menggelayuti pikirannya