Mohon tunggu...
Sri AyuEvianti
Sri AyuEvianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Mahasiswi sosiologi Universitas Jember,memiliki kemampuan project manager aktif sebagai Sekretaris Umum BEM FISIP UNEJ serta demisioner Ukm Penalaran dan Penelitian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa KKN UMD UNEJ 31 Melakukan Pendampingan Pembuatan Pupuk Organik

23 Agustus 2023   20:45 Diperbarui: 23 Agustus 2023   20:49 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemakaian pupuk kimia awalnya memang memberikan hasil panen yang lebih banyak, sehingga petani terus menerus menggunakannya. Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dapat menyebabkan pencemaran tanah yang akan berpengaruh terhadap populasi mikroorganisme (Irvan, 2007). Pupuk kimia menyebabkan penipisan unsur-unsur mikro seperti seng, besi, tembaga, mangan, magnesium dan boron, yang bisa mempengaruhi tanaman, hewan dan kesehatan manusia, dengan demikian dilakukan usaha untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanahnya. Cara memperbaiki tingkat kesuburan tanah ini adalah salah satunya dengan memberikan pupuk kandang (Nasahi, 2010).

Berdasarkan peraturan menteri pertanian (Permentan) No.2/pert/HK.060/2/2006, pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik sendiri sebenarnya bukanlah hal baru dikalangan masyarakat mengingat sistem pemupukan organik telah dikenal oleh petani, bahkan jauh sebelum revolusi hijau 1990-an berlangsung di Indonesia.

Kotoran ternak sapi dapat dimanfaatkan untuk pupuk, penghasil biogas, dan bahan pembuat bio arang. Zat-zat yang terkandung dalam kotoran ternak dapat dimanfaatkan kembali dengan menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur hara dalam kotoran yang penting untuk tanaman adalah unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) (Rahmawati et al., 2019). Seekor sapi dapat menghasilkan kotoran antara 8-10 kg/harinya. Kotoran sapi akan menimbulkan masalah bila tidak dimanfaatkan dan ditangani dengan baik. Hal tersebut tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena selain mengganggu dan mengotori lingkungan, juga sangat berpotensi untuk menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitarnya (Outerbridge,1991).

Desa Pejagan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Jambesari Darus Sholah, Kabupaten Bondowoso. Desa Pejagan mempunyai potensi sebagai penghasil produk pertanian seperti padi, jagung, tembakau dan cabai. Sebagian petani yang ada di desa Pejagan juga memelihara ternak sapi yang dapat menghasilkan kotoran ternak untuk dimanfaatkan sebagai pupuk. Kurangnya pengetahuan baik secara teoritis maupun praktek mengenai manfaat, fungsi dan cara membuat pupuk organik membuat sebagian besar warga desa menggunakan pupuk kimia atau pupuk an-organik sebagai bahan utama untuk meningkatkan hasil pertanian mereka. Masyarakat/petani belum begitu paham bahwa untuk jangka panjang penggunaan pupuk anorganik akan mengikis unsur hara dan berbagai mineral penting dalam tanah sehingga menyebabkan tanah menjadi kurang subur dan pada akhirnya akan berdampak pada minimnya hasil panen bahkan gagal panen. Besarnya potensi kotoran sapi yang tidak dimanfaatkan secara optimal melatar belakangi program kerja dari mahasiswa kkn 31 Universitas Jember untuk memberikan pelatihan dan praktek pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi di Desa Pejagan, Kecamatan Jambesari Darus Sholah, Kabupaten Bondowoso.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun