Mohon tunggu...
Sayidah Rohmah
Sayidah Rohmah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas, editor lepas

Seorang anak, istri, sekaligus ibu yang percaya bahwa pembelajaran dan keberhasilan adalah sebuah proses. Tak ada titik henti. Terus belajar dan menikmati perjalanan... Stay cool! :-)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bila Anak Kecanduan Game

24 Juni 2014   11:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:22 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]

Anak-anak dan game bagaikan dua hal yang tak terpisahkan. Sejak semakin majunya kecanggihan teknologi, permainan digital menjadi pilihan yang menarik dan menyita perhatian anak-anak. Beragam cerita dan bentuk permainan yang disajikan membuat anak semakin asyik, bahkan larut di dalamnya. Sering kali anak keasyikan bermain hingga lupa menjalankan aktivitas lainnya. Malas belajar, malas bermain di luar, bahkan waktu tidur berkurang, dan makan pun tertunda-tunda. Akhirnya, orang tua yang pusing memikirkannya. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Setelah menjadi mainan favorit anak-anak selama beberapa generasi terakhir, tentunya game menjadi tidak asing lagi di mata para orang tua. Berbagai dampak positif dan negatif game sepertinya telah dimengerti pula. Meski tak ingin anak mengalami berbagai kerugian yang bisa diakibatkan game, tapi tak jarang orang tua merasa ingin menyenangkan hati anaknya dengan memberikan fasilitas untuk bermain game. Apalagi kalau anak-anak mengeluh karena teman-teman bermainnya juga punya bermacam fasilitas untuk bermain game, orang tua mana yang bisa menahan diri untuk turut memberi game pada anak?

Selain menyenangkan anak, game juga menguntungkan orang tua. Tak dapat dipungkiri, bermacam kesibukan orang tua mulai dari bekerja, mengurus rumah tangga, dan banyak hal lainnya yang harus dilakukan dalam keseharian membuat orang tua merasa sering tak memiliki cukup waktu. Apalagi kalau anak selalu minta ditemani bermain. Alhasil, sebagai jalan pintas, tak jarang orang tua memutuskan penyelesaian dengan membuat anak asyik bermain sendiri. Game akhirnya menjadi jawaban agar anak dapat bermain sendiri dan orang tua dapat menjalankan aktivitas lainnya.

Meskipun anak mendapat kesenangan dan orang tua juga diuntungkan dengan keberadaan game, ada yang harus diperhatikan dari jenis permainan ini. Berbagai dampak positif yang dibawanya juga disertai dampak negatif yang tak penting. Beragam jenis permainan yang disajikan dalam game digital memiliki tingkat kesulitan yang berjenjang. Tantangan yang semakin meningkat membuat anak menjadi semakin terpacu untuk dapat menguasainya. Tak jarang, saking besarnya rasa penasaran dan semangat untuk memecahkan tantangan tersebut, anak sampai lupa pada hal lainnya. Nah, pada tingkat tertentu, rasa penasaran dan kesenangan anak dalam bermain game ini dapat mencapai taraf candu. Bila anak sudah kecanduan bermain game, hanya dampak negatif lah yang tampak darinya.

Agar orang tua dapat mengantisipasi berbagai dampak negatif dari kecanduan game, maka ada beberapa pertanda yang patut diwaspadai. Bila anak memiliki tanda-tanda berikut ini, orang tua wajib meningkatkan kewaspadaannya pada aktivitas bermain game:

1.Anak menghabiskan waktu seharian untuk bermain game.

2.Bila akses ke game dibatasi atau diambil, seperti saat orang tua meminjam gadget-nya, anak menjadi gelisah, bahkan marah-marah, dan emosi tidak stabil.

3.Anak mulai berbohong mengenai lamanya aktivitas bermain game yang dilakukan.

4.Ketertarikan untuk menjalankan aktivitas lain menurun drastis.

5.Saat melaksanakan aktivitas lain, pikiran anak terus terpacu pada game.

6.Hubungan dengan teman dan keluarga diabaikan.

7.Menjadikan game sebagai tempat untuk lari dari masalah.

8.Anak tidak peduli dengan kewajiban atau tanggung jawab yang harus dipenuhi.

9.Bermasalah dengan waktu tidur. Kebanyakan anak yang kecanduan game mengalami kesulitan tidur.

10.Tidak mempedulikan kebersihan diri.

Dengan mengetahui tanda-tanda kecanduan game saja orang tua pasti sudah dapat membayangkan betapa ngerinya dampak buruk yang diakibatkan. Tentu tak ada orang tua yang ingin anaknya mengalami hal itu. Tapi bila sudah telanjur terjadi, apa yang harus dilakukan?

1.Memberikan cukup perhatian dan waktu bersama anak. Tak sedikit anak yang tenggelam dalam keasyikan bermain game karena tidak mendapat kepuasan dalam kehidupan kesehariannya. Seperti kurangnya waktu untuk dapat berbincang dengan orang tua, atau tidak adanya rasa nyaman yang diperlukan saat berinteraksi dengan orang tuanya.

2.Batasi waktu anak bermain game. Walaupun dampak negatif dari game begitu banyak, tapi memerintahkan anak untuk tidak bermain game sama sekali malah akan menimbulkan masalah baru. Orang tua cukup membuat kesepakatan tentang lamanya waktu bermain game dan konsekuensi atas pelanggarannya. Jalani dengan tegas namun tanpa kekerasan.

3.Beri alternatif kegiatan lain yang menyenangkan. Membatasi anak bermain game bukan berarti harus dengan keras menekannya untuk belajar. Memaksa anak untuk berhenti melakukan aktivitas yang disenangi dan memaksa lagi melakukan hal yang terasa membebani bagi anak bagai pepatah sudah jatuh tertimpa tangga. Lebih baik ajak anak melakukan aktivitas lain yang juga menyenangkan. Seperti berjalan-jalan, mengunjungi tempat wisata, atau sekedar berbincang sambil menikmati kue kesukaan bersama keluarga.

4.Berusaha memahami kegemaran anak sebagai bentuk perhatian. Tidak ada salahnya orang tua turut mengenal permainan yang digemari anak. Bahkan kalau bisa turut menemani dan bermain bersama anak. Hal ini bisa menjadi peluang untuk menjalin kedekatan dengan anak dan perlahan mulai mengajaknya berbincang dan menikmati aktivitas lain.

5.Beri apresiasi pada kegiatan yang dilakukan anak. Salah satu hal yang membuat anak gemar bermain game adalah karena perasaan telah berhasil memecahkan masalah atau menang atas suatu tantangan. Bila anak-anak dapat memperoleh kepuasan dan perasaan menang itu dalam berbagai tantangan dalam aktivitas kesehariannya, nampaknya game tidak akan terlalu menyita perhatiannya lagi. Orang tua harus pandai-pandai mencari peluang untuk melontarkan pujian akan hal-hal kecil yang dilakukan anak dalam keseharian.

6.Untuk menjaga kemampuan anak bersosialisasi, usahakan mengarahkan anak untuk bermain game yang harus dijalankan sedikitnya oleh dua orang. Dengan demikian anak tetap menjalin kebersamaan bersama teman-temannya.

7.Bila berbagai usaha telah dilakukan tapi belum tampak hasil yang melegakan, tak ada salahnya meminta bantuan ahli seperti psikolog untuk mendapat konsultasi dalam pemecahan masalah.

Mengatasi masalah anak kecanduan game mungkin bukan perkara mudah. Tapi mengingat akibat yang ditanggung bila masalah terus berkelanjutan, perjuangan dengan penuh kesabaran tampaknya patut dilakukan. Kegemaran bermain game tidak harus dihapuskan sama sekali, hanya saja perlu dibatasi agar tidak menjadi candu.

Bila anak dapat menikmati permainan game digital sebagai sebuah hiburan dan tetap menjalankan aktivitas keseharian dengan wajar, maka kegemaran bermain game pun dapat membuahkan hasil positif. Contohnya pemuda membanggakan asal Bandung, Muhammad Ajie Santika. Berawal dari kegemaran bermain game, lulusan jurusan Bisnis dan Managemen ITB ini berkenalan dengan sekelompok pemuda pembuat game. Bersama-sama mendirikan Tinker Games, perusahaan mobile games developer, Ajie dan teman-temannya berhasil mengeruk rezeki dan meraih prestasi dengan memenangkan berbagai penghargaan tingkat internasional. Keren, kan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun